SUMENEP, koranmadura.com – Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Ekstra Parlemen (Gempar) menilai Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Sumenep, Madura, Jawa Timur, gagal menyukseskan pelaksanaan tahun kunjungan wiaata 2018.
Baca: Demo Kantor Disparbudpora, Mahasiswa Teriak 2019 Ganti Kepala Dinas
Menyikapi hal itu, pihak Disparbudpora menanyakan indikatormya. “Koreksi yang disampaikan mahasiswa sebetulnya hal biasa. Namun demikian, koreksi itu harus ada parameternya. Indikator disebut gagal apa?” kata Kabid Pariwisata Disparbudpora Sumenep, Imam Buchari, Rabu, 30 Januari 2019.
Misalnya, kata dia, jika gagal itu diukur dari realisasi APBD, maka harus diketahui seperti apa serapan APBD Disparbudpora tahun lalu. Begitu juga jika diukur dari sisi penerimaan, maka juga harus diketahui berapa pendapatan asli daerah (PAD) yang bisa disumbangkan Disparbudpora kepada Sumenep.
“Sementara dari sisi realisasi APBD, tahun lalu daya serap kami tinggi. Begitu juga dari sisi penerimaan, kami (Disparbudpora) melampaui target yang telah disepakati Timgar. Jadi kalau diukur dari sisi penerimaan, sebetulnya kami sukses,” tambahnya.
Sedangkan jika yang dijadikan parameter adalah efek dari sejumlah kegiatan Disparbudpora tahun lalu, misalnya efek visit years 2018, menurut dia hal itu bisa dilihat dari bertambahnya hotel di kabupaten paling timur Pulau Madura.
“Ini menunjukkan swasta sudah mulai melihat bahwa sektor pariwisata Sumenep mulai menggeliat. Apalagi animo masyarakat terhadap wisata tinggi. Beda dengan dulu,” ujarnya, menjelaskan.
Sebelumnya, sejumlah mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Disparbudpora Sumenep. Tujuannya mengevaluasi kinerja Disparbudpora, khususnya terkait pelaksanaan visit years 2018 yang menurut mereka gagal dimaksimalkan oleh pemerintah.
Menurut salah seorang mahasiswa, Baihaki, selama satu tahun pelaksanaan tahun kunjungan wisata 2018, dampaknya tidak signifikan. Salah satunya terhadap infrastruktur. Di sejumlah objek wisata banyak sarana dan prasarana yang masih mengecewakan.
“Selain dari sisi infrastruktur pariwisata, ternyata masih banyak objek wisata di Sumenep yang tidak memiliki tanda daftar usaha pariwisata (TDUP). Menurut kami visit years 2018 gagal,” katanya, menegaskan. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)