HARARE, koranmadura.com – Peristiwa kelam dialami seorang ibu dari dua anak di Zimbabwe salah satu Negara di Afrika. Perempuan berumur 33 tahun itu diperkosa oleh dua tentara yang mendatangi rumahnya di tengah malam.
Perempuan tersebut mengatakan, empat pria berseragam militer menggedor-gedor pintu rumahnya di kawasan miskin di pinggiran Harare, ibu kota Zimbabwe. Mereka kemudian memeriksa rumahnya untuk memastikan ibu muda itu hanya seorang diri.
“Salah satu dari mereka memerintahkan saya untuk berbaring di ranjang, kemudian dia memperkosa saya. Orang kedua memperkosa saya. Dua orang lainnya, yang memegang pistol, cuma berdiri di sana. Setelah orang-orang ini selesai, saya cuma duduk di ranjang dan menangis,” ujar perempuan itu menceritakan peristiwa pilu yang terjadi pada 17 Januari lalu kepada kantor berita AFP, Jumat, 1 Februari 2019.
Sejumlah perempuan yang mengaku diperkosa tentara dan polisi telah mencari pertolongan ke organisasi non-pemerintah (NGO). Pemerkosaan tersebut terjadi bersamaan dengan operasi kepolisian dan militer yang dilakukan untuk meredakan kerusuhan publik setelah aksi-aksi demo berskala nasional pada 14 Januari lalu untuk memprotes kenaikan harga BBM.
Justice for Women’s Rights Zimbabwe, sebuah NGO lokal, menyatakan pihaknya telah mencatat sembilan kasus perempuan dari Harare yang meminta bantuan medis akibat pemerkosaan. Mereka semua terlalu takut untuk melapor ke polisi.
“Para perempuan itu benar-benar tidak mempercayai sistem. Seorang perempuan mengatakan bahwa setelah mereka (para pelaku) pergi, dia langsung mandi dan menunggu suaminya. Ada banyak lagi perempuan di luar sana yang begitu saja memutuskan untuk mandi dan mencoba melupakannya, namun Anda tak bisa melupakan pemerkosaan,” ujar Karen Mukwazi, seorang aktivis NGO tersebut.
Seorang perempuan lainnya yang menjadi korban pemerkosaan tentara, mengatakan kepada NGO tersebut bahwa dirinya memilih untuk merahasiakan pemerkosaan itu dari suaminya.
“Kita hidup di masyarakat yang menyalahkan korban, khususnya ketika menyangkut masalah kekerasan seksual. Dalam kasus ini bahkan lebih kompleks karena para tersangka pelaku berasal dari institusi yang sama di mana korban seharusnya lari untuk mendapatkan tempat perlindungan, dukungan,” kata Talent Jumo, direktur Katswe-Sistahood, sebuah klinik hak-hak seksual di Harare.
Otoritas Zimbabwe telah berjanji bahwa polisi akan memperlakukan kaum perempuan dengan respek. Setiap kantor polisi juga memiliki unit yang dipimpin oleh perempuan, yang akan mencatat tuduhan-tuduhan pemerkosaan.
“Semua perempuan yang terdampak akan diperlakukan dengan empati,” tegas Menteri Informasi Monica Mutsvangwa.
Pemerintah Zimbabwe menyatakan “tidak akan menerima perilaku kriminal oleh anggota masyarakat mana pun, terutama yang memiliki posisi kepercayaan.” Pihak militer dan kepolisian Zimbabwe membantah telah melakukan pemerkosaan warga sipil, dan menyatakan bahwa sejumlah geng kriminal bisa jadi telah mencuri seragam militer untuk melakukan aksi keji tersebut. (DETIK.com/ROS/VEM)