SAMPANG, koranmadura.com – Jelang pemilu 2019, kondisi politik di Kabupaten Sampang mulai memanas. Kondisi tersebut bermula saat malam kehadiran Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Prabowo Subianto ke Sampang, Madura, Selasa, 26 Februari 2019 lalu.
Saat itu, nyaris terjadi bentrokan antar simpatisan Capres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin dan nomor urut 02 Probowo Subianto di Monumen Trunojoyo Sampang. Selain itu, diduga juga terjadi perobekan dan pembakaran alat peraga kampanye (APK) serta kaos bergambar nomor urut 01.
“Terima kasih kepada teman-teman wartawan untuk meluruskan peristiwa itu. Acara simpatisan milenial di Monumen, itu murni menyambut kedatangan pak Prabowo di Sampang. Buktinya ada tulisan di baner ucapan selamat datang dari simpatisan Jokowi,” ujar Ketua JKSN Sampang, Ach. Kian Santang, Kamis, 28 Februari 2019.
Kian Santang menegaskan, saat itu tidak aksi penghadangan oleh simpatisan fanatik kalangan mileneal Jokowi-Ma’ruf Amin terhadap rombongan simpatisan Prabowo-Sandi.
“Mereka (simpatisan Jokowi-Ma’ruf Amin) saat itu didampingi aparat polisi. Mereka meneriakan yel-yel Jokowi karena untuk menyampaikan aspirasinya. Jadi adanya penghadangan dan pelemparan yang dilakukan kami itu tidak benar,” tegasnya.
Dia mengklaim, saat itu APK simpatisan Jokowi-Ma’ruf Amin diambil paksa hingga dibakar. “Sebenarnya tidak ada yang dirugikan, kami meneriakan yel-yel Jokowi, mereka meneriakan yel-yel Prabowo. di sejumlah isu yang ada saat ini sudah banyak dipelintir. Kami sayangkan dengan peristiwa APK kami, padahal itu milik kami. Toh kami tidak membalasnya karena kami tahu aturan main dalam pemilu. Kami hanya mencari simpati masyarakat bukan mencari hal yang tidak perlu seperti itu,” ungkapnya.
Lebih jauh pihaknya menegaskan, secara tidak langsung simpatidannya sudah melaporkan peristiwa tersebut kepada polisi. “Secara tidak langsung kami sudah melapor, karena saat itu ada polisi yang mendampingi. KM pengawalan acara. Kami pun tidak membalasnya karena perintah lansung dari Jokowi-Ma’ruf Amin. Dan solusinya yaitu kita harus sama-sama menyadari dalam berdemokrasi, terlebih untuk berdemokrasi yang santun, baik dan sopan,” pungkasnya.
Sementara Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandi, Kabupaten Sampang, Fauzan Adima mengaku tidak tahu persis peristiwa tersebut, namun pihaknya mendengar informasi bahwa rombongan pro Prabowo sempat dihadang oleh rombongan yang mengatasnamakan pro Jokowi sebagaimana telah viral di medsos.
“Tetapi tidak ada apa-apa kan. Sebetulnya harus tahu dirilah, sudah tau ada acara, ya jangan seperti itu. Saat itu orang-orang pulang dari acara Haul tiba ada orang teriak-teriak selamat datang Prabowo kami tetap memilih Jokowi, mohon maaf, itu kan kurang elok. Silahkan yang pro Jokowi mengadakan acara, kami welcome tidak ada persoalan,” ujarnya.
Bahkan pihaknya menyebutkan, adanya peristiwa tersebut bagaikan lempar batu sembunyi tangan. Hal itu disebabkan acara yang digelar pro Jokowi disebut tanpa ada korlap bahkan izin kegiatannya.
“Yang jelas kami menegaskan, yang membakar APK itu bukan rombongan pro Prabowo, dan kabar itu tidak benar, jangan lempar batu sembunyi tangan. Asal tahu, orang yang hadir di acara Haul Akbar Masayih dan Habaib itu orang-orang yang ngerti agama. Dan saya bertanggung jawab sebagai ketua pemenangan Prabowo-Sandi di Sampang. Kami diintruksikan agar menjadikan demokrasi yang sejuk,” katanya.
Pihaknya menilai, adanya peristiwa tersebut seolah-olah ingin menyabotase kegiatannya. “Ayo siapa penanggung jawabnya, silahkan cek sendiri ke polisi maupun bawaslu. Mari tatap muka dengan saya. Saya siap fasilitasi jika ingin berdebat. Silahkan (Pro Jokowi) kalau mengadakan acara, kami menghormati kok,” pungkasnya. (MUHLIS/ROS/VEM)