SUMENEP, koranmadura.com – Setelah terombang-ambing di lautan selama tujuh hari sebelum akhirnya terdampar di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), salah satu dari lima nelayan asal Kecamatan Dungkek, Sumenep, Jawa Timur, Mukhlis, masih sedikit trauma.
Baca: Lima Nelayan Asal Dungkek Dikabarkan Hilang
Hal itu sebagaimana disampaikan Camat Dungkek, Heru Santoso, berdasarkan hasil bincang-bincang dirinya dengan yang bersangkutan. “Kalau trauma masih ada sedikit, khususnya yang Pak Mukhlis itu,” katanya, Sabtu, 9 Februari 2019.
Menurutnya, untuk sementara waktu Mukhlis masih enggan melaut kembali setelah tujuh hari terombang-ambing di lautan, dan dua hari tidak makan sama sekali. “Jadi untuk berangkat (melaut) lagi, dia (Mukhlis) belum ada rencana dalam waktu dekat ini,” tambah Heru.
Menurut Heru, jika yang bersangkutan memang butuh pendampingan, pihaknya siap mendatangkan psikologis. “Intinya kalau mereka butuh pelayanan, nanti kami bantu. Misalnya butuh pendampingan psikologis. Tapi sepertinya tidak ada arah sampai ke sana,” pungkasnya.
Seperti diketahui, sebelumnya lima nelayan asal Kecamatan Dungkek sempat dikabarkan hilang dalam perjalanan pulang dari Pulau Kangean menuju Dungkek beberapa waktu lalu, 29 Januari 2019. Mereka adalah Sa’a, Muhlis, Matra’e, dan Niatun. Semuanya warga Desa Romben Barat. Sementara satu nelayan lainnya ialah Sahnari, warga Desa Candi.
Baca: Sempat Terombang-ambing dan Terdampar ke Lombok Timur, Lima Nelayan Dungkek Tiba di Sumenep
Setelah dilakukan pencarian, akhirnya lima nelayan tersebut diketahui terdampar di Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Mereka baru tiba di daerah asalnya, Sumenep, pada Minggu, 3 Februari 2019, sekitar pukul 21.30 WIB. (FATHOL ALIF/SOE/VEM)