Oleh: Miqdad Husein
“Lapak sering lebih panas dari cangkir,” kata almarhum KH. Zainuddin MZ, menggambarkan tentang fenomena pendukung yang berlebihan, melebihi sikap sosok yang didukung. Sebuah gambaran riil yang belakangan faktual terjadi di tengah proses Pilpres 2019.
Tak ada yang luar biasa sebenarnya. Di manapun di dunia selalu terjadi demikian: pendukung lebih bersemangat dari yang didukung. Dalam hal apapun. Di politik, olahraga, selalu pendukung terlihat lebih antusias.
Kasus paling aktual menyangkut startup Bukalapak. Simak dan cermati kasus terpeleset dari pucuk pimpinan Bukalapak Achmad Zaky. Cuitannya yang menyinggung soal Pilpres mendapat reaksi keras dari pendukung Jokowi. Merebak bagai bah tag uninstalbukalapak di seluruh jejaring atau media sosial.
Bagaimana dengan sikap Jokowi sendiri? Beliau tenang saja dan bahkan menerima kehadiran Ahmad Zaky yang dalam kesempatan itu meminta maaf kepada Jokowi. Lalu lihatlah reaksi dua sikap anak Jokowi yaitu Gibran dan Kaesang yang meminta para pendukung Jokowi memaafkan Ahmad Zaky serta tak perlu uninstall Bukalapak. Sebuah sikap luar biasa dari keluarga Jokowi.
Dua reaksi relatif berbeda itu seharusnya diantisipasi oleh siapapun terutama di moment politik Pilpres. Ahmad Zaky seharusnya lebih berhati-hati dalam menyampaikan komentar karena keanekaragaman persepsi, perspektif dan respon masyarakat.
Dalam kasus Bukalapak sebenarnya masalahnya bukan muatan kritik. Reaksi masyarakat terlihat lebih mengarah pada muatan politik pada komentar Ahmad Zaky ditambah kesalahan data.
Karena ada muatan politik maka yang muncul adalah reaksi politik dari pendukung Jokowi. Bandingkan dengan kritik ekonom Faisal Basri yang walau sangat tajam namun justru mendapat apresiasi.
Yang juga membuat masyarakat gemas belum terlalu lama Presiden Jokowi memberikan dukungan pada startup yang ada di negeri ini. Bahkan Presiden Jokowi menghadiri ulang tahun Bukalapak sebagai bentuk dukungan riil pada kegiatan startup.
Komentar kasar menyebut ‘omong kosong’ makin membuat sebagian masyarakat gregetan. Sesuatu yang dianggap tak sesuai etika diucapkan oleh seseorang yang baru saja mendapat dukungan sekelas Presiden.
Di sinilah penting proporsionalitas komentar dari siapapun. Jika Ahmad Zaky sekedar memberikan kritik tanpa muatan dan sinisme politik masyarakat akan memberikan apresiasi obyektif tanpa perlu tagar yang merugikan usahanya.
Kritik obyektif mutlak diperlukan dari seorang profesional, akademisi dan non-partisan. Yang bernuansa politik biarlah menjadi porsi politisi untuk sebuah checks and balances.