SUMENEP, koranmadura.com – Hujan deras disertai angin kencang yang terjadi di Sumenep, Madura, Jawa Timur, Rabu kemarin, 13 Maret 2019, tidak hanya mengakibatkan sejumlah pohon tumbang dan beberapa bangunan rusak.
Lebih dari itu, ternyata banyak juga tanaman padi yang sudah hampir panen toroh. Akibatnya pertanian warga itu terancam rusak dan membusuk jika dibiarkan terlalu lama. Bahkan tak menutup kemungkinan akan gagal panen.
Banyaknya tanaman padi yang rusak akibat sapuan hujan deras disertai angin kencang, di antaranya, ialah di Desa Patean, Kecamatan Batuan. Tanaman padi yang roboh diperkirakan sudah berumur dua bulan setengah. Bahkan sudah hampir panen.
Untuk menghindari gagal panen, sejumlah petani berusaha tampak berusaha menyelamatkannya dengan membangunkan kembali. Caranya tanaman padi mereka ikat menggunakan tali rafia.
“Kalau dibiarkan tetap roboh, buliran padi akan membusuk karena terus-terusan terendam air. Makanya kami membangunkan kembali untuk menghindari gagal panen,” ujar salah seorang petani, Nadin, di sela-sela aktifitasnya membangunkan tanaman padinya, Kamis, 14 Maret 2019.
Dia mengungkapkan, tanaman padi miliknya yang roboh akibat diterjang hujan deras disertai angin kencang kemarin luasnya sekitar satu hektare. “Harapan saya tidak rusak dan tetap bisa dipanen,” tambahnya.
Seperti diketahui, kemarin siang wilayah Kabupaten Sumenep diguyur hujan deras disertai angin kencang. Sejumlah pohon tumbang. Bahkan sampai mengakibatkan adanya korban jiwa dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalianget memperkirakan potensi terjadinya hujan yang disertai angin kencang memungkinkan terjadi di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Sebab, musim penghujan diperkirakan akan berkahir hingga akhir bulan April dan awal Mei 2019. Selama bulan maret hingga April disebut sebagai musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau
Selama Maret hingga April mendatang disebut sebagai musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. “Sehingga angin puting beliung, hujan deras, dan angin kencang masih berpotensi terjadi,” kata Kepala BMKG Kalianget, Usman Khalid, kepada media ini dihubungi melalui sambungan teleponnya. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)