SUMENEP, koranmadura.com – Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 belakangan disebut-sebut sebagai “pesta demokrasi” yang melelahkan. Digabungnya Pilpres dan Pileg membuat banyak penyelenggara kelelahan.
Hal itu diakui oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kendati Bawaslu “hanya mengawasi” jalannya pelaksanaan Pemilu, namun tak sedikit pengawas, baik di tingkat kecamatan maupun desa, yang jatuh sakit akibat kelelahan.
Koordinator Pengawasan dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu Sumenep, Abdur Rahem mengungkapkan, selama pelaksanaan Pemilu yang telah berlangsung pada 17 April lalu, sedikitnya ada 7 pengawas di tingkat kecamatan yang jatuh sakit.
Menurutnya, semua pengawas di tingkat kecamatan yang jatuh sakit harus dirujuk ke Puskesmas setempat. Bahkan ada yang hingga sekarang masih di Puskesmas untuk mendapat perawatan medis. “Seperti yang di Kecamatan Nonggunong, Pulau Sapudi,” katanya, 24 April 2019.
Sememtara untuk pengawas di tingkat desa dan pengawas tempat pemungutan suara (PTPS) yang sakit karena kelelahan, menurut pria yang akrab disapa Rahem ini, jumlahnya sekitar 13 orang. Bahkan sampai saat ini juga masih ada yang dirawat di Puskesmas.
Mereka yang jatuh sakit akibat kelelahan tersebar di beberapa daerah. Baik daratan maupun kepulauan. “Pemilu 2019 ini memang agak banyak menyita tenaga,” tambahnya.
Sekadar diketahui, selain dari unsur pengawas, tiga penyelenggaran Pemilu 2019 di Sumenep meninggal dunia. Dua orang Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dan satu lainnya ialah Panitia Pemungutan Suara (PPS).
“Sementara penyelenggara Pemilu 2019 yang sakit jumlahnya sekitar delapan orang. Saat ini mereka sudah dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis,” ungkap Ketua KPU Sumenep, dua hari lalu, 22 April 2019. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)