Oleh: MH. Said Abdullah*
“Kemenangan nurani dan pikiran jernih.” Rangkaian kata itu rasanya tak berlebihan menggambarkan hasil hitung cepat Pemilu Presiden 2019 yang dimenangkan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin.
Proses Pilpres 2019 secara riil memang jauh dari kebiasaan terutama terkait saling memberikan dukungan para pendukung kepada dua pasangan Capres Cawapres. Dalam pemilu normal persaingan biasanya mengarah pada visi misi, program, konsepsi dan bagaimana menawarkan strategi pengelolaan pemerintahan jika menang. Namun kenyataan memperlihatkan Pemilu 2019 terutama terkait Pilpres memperlihatkan kecenderungan lebih mengemukanya emosi.
Lebih parah lagi emosi yang dieksploitasi menggunakan cara-cara jauh dari keadaban baik dari perspektif moral agama maupun tata krama budaya masyarakat Indonesia. Hoaks, fitnah, ujaran kebencian, bertebaran di media sosial tertuju ke pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Termasuk pula serbuan hoaks yang mengarah pada KPU yang dianggap berpihak kepada petahana.
Kepada pasangan nomor urut 01 sangat dasyat serangan fitnah, hoaks dan ujaran kebencian terutama kepada Joko Widodo. Bahkan keluarga Jokowi pun yaitu anak-anaknya, istrinya serta ibu Jokowi menjadi sasaran fitnah, hoaks, hinaan dan ujaran kebencian.
Begitu dahsyatnya serangan itu sampai kegiatan ibadah Umroh Jokowi dan keluarga juga tak lepas dari fitnah, hoaks dan ujaran kebencian. Ketika keluarga Jokowi mendapat kehormatan memasuki Ka’bah disebut memaksa Raja Salman.
Sebenarnya serbuan kampanye hitam ke arah Jokowi sudah berlangsung sejak Pilpres 2014. Perbedaannya saat itu serbuan kampanye hitam menggunakan media Tabloid Obor Rakyat sehingga tidak mendapat perlawan balik dari pendukung Jokowi. Juga tidak terlalu tampak ke permukaan. Namun di era Media Sosial sekarang ini serbuan kampanye hitam kepada Jokowi mendapat perlawanan keras dari pendukung Jokowi.
Suasana penyebaran kampanye hitam dan perlawanan itulah yang membuat suasana Pilpres 2019 terasa hingar bingar. Apalagi beberapa elite politik juga ikut melempar komentar-komentar panas. Mengemukanya politik identitas makin memanaskan suasana sehingga masyarakat sempat seperti terbelah.
Karena itu selesainya Pemilu terutama Pilpres walau masih sampai hitung cepat diharapkan mengembalikan suasana emosional masyarakat negeri ini kembali dalam ikatan persaudaraan sebangsa dan setanah air. Bahwa perbedaan pilihan politik yang sempat menimbulkan ketegangan, selama proses pemilu sudah saatnya mencair kembali dalam kehidupan keseharian.
Pernyataan Presiden Jokowi agar masyarakat kembali bersatu dalam ikatan dan terus mengikuti proses perhitungan hasil pemilu diharapkan mendinginkan suasana seluruh rakyat negeri ini. Bahwa apapun hasil Pemilu 2019 pada dasarnya merupakan kemenangan rakyat untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia dalam menyongsong masa yang lebih baik.
Ayo kembali menjalin silaturrahmi yang sempat terputus. Ayo kembali menjalin kebersamaan dan persatuan untuk menyegarkan kedamaian negeri ini. Rasanya sangat disadari bahwa kedamaian negeri ini tiada ternilai dan di atas segala-segalanya sebagai fondasi dan modal menuju terwujudnya Indonesia yang lebih baik. (*)
*Wakil Ketua Banggar DPR RI