JAKARTA, koranmadura.com – Kopi adalah minuman yang sangat populer hingga saat ini. Hampir setiap hari, sebagian besar masyarakat menengguk kopi sebelum memulai aktivitasnya. Kedai kopi pun saat ini tersebar di mana-mana.
Tetapi banyak yang khawatir kandungan dalam kopi bisa sebabkan kanker, yang lain juga mengklaim bahwa minuman yang satu ini menawarkan manfaat kesehatan dan bahkan mampu cegah kanker.
Kanker adalah penyakit yang kompleks dan tidak selalu mudah untuk menentukan penyebabnya. Para peneliti telah menyelidiki banyak zat berbeda untuk mengetahui apakah kandungannya meningkatkan risiko kanker. Zar yang bisa menyebabkan kanker juga dikenal sebagai karsinogen.
Dikutip dari Medical News Today, beberapa penelitian menunjukkan minum kopi dapat menurunkan risiko pengembangan kanker tertentu. Namun ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan antara minum kopi dan risiko kanker.
Biji kopi panggang mengandung zat akrilamida yang merupakan produk dari proses pemanggangan. Akrilamida diklasifikasikan sebagai bagian dari karsinogen yang menunjukkan adanya bkti bahwa kopi bisa menyebabkan kanker.
Ada juga hubungan antara minum kopi dan peningkatan risiko kanker kerongkongan. Meminum kopi pada suhu tertentu dapat menyebabkan kanker di area leher. Sebab itu, yang terbaik adalah membiarkan kopi sedikit dingin sebelum meminumnya.
Jadi, benarkah kopi bisa mencegah kanker?
Sebuah penelitian pada tahun 2017 menemukan minum kopi dalam takaran wajar umumnya aman. Secangkir kopi dalam sehari dikaitkan dengan sedikit pengurangan risiko kanker hati dan kanker endometerium.
“Manfaat lain dari minum kopi termasuk risiko kematian rendah bagi pengidap penyakit jantung. Serta menurunkan risiko penyakit hati dan parkinson,” demikian dikutip dari Medical News Today.
Minum 3-4 cangkir kopi per hari diklaim memberi manfaat yang paling besar. Kopi juga mengandung antioksidan yang dapat menghentikan atau memperlambat kerusakan sel.
Sebagai bagian dari diet sehat, kopi cenderung bermanfaat. Minum hingga 4 cangkir kopi sehari seharusnya tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan dan dapat mengurangi risiko penyakit tertentu. (DETIK.com/ROS/DIK)