BANGKALAN, koranmadura.com – Untuk meningkatkan populasi sapi di Kabupaten Bangkalan, Dinas Peternakan (Disnak) setempat terus melakukan inovasi, di antaranya melalui program Upaya Khusus (UPSUS) Sapi Wajib Bunting (SIWAB) melalui Inseminasi Buatan (IB). Namun demikian, program tersebut tidak mendapat respon dari peternak sapi.
Enggannya para peternak dikarenakan masih belum mengetahui banyak terkait program UPSUS SIWAB melalui IB ini, sehingga para peternak masih takut dengan program ini sapi produktifnya akan rusak atau bahkan hasilnya tidak memuaskan.
“Mereka menilai kalau gratis itu tidak bagus pelayanannya, yang difikirkan takut rusak terus, padahal sama saja, jadi masyarakat itu masih ragu dengan program UPSUS SIWAB ini,” Kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan, A. Azizun Hamid, Jumat, 26 April 2019.
Jadi, kata Alex panggilan A. Azizun Hamid, para peternak masih lebih nyaman ketikan ingin mengawingkan sapinya dengan sapi jantan ketimbang menggunakan sauntik IB. Padahal menurtnya IB ini juga bagus jika pola makan dan kesehatan sapinya dijaga.
“Mereka masih suka yang alami, jadi meski dikasih yang gratis tetap tidak mau, lebih memilih dikawinkan dengan sapi jantan saja, ada yang fanatik begitu, padahal sebenarnya IB ini juga bagus hasil sapi pedetnya jika sapinya benar-benar dijaga,” ungkapnya.
Selain dari masyarakat yang masih enggan menerima program ini, juga jadi kendala dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh pihak Disnak yang ditugaskan setiap kecamatan.
“Sekarang sudah dibatasi bahwa yang boleh melakukan kawin suntik itu minimal harus sarjana D3 ilmu kedokteran hewan jadi tidak gampang merekrut petugas itu,” paparnya.
Pihaknya mengaku bahwa petugas inseminator di setiap kecamatan masih kurang, sehingga untuk melakukan sosialisai dan pendekatan kepada masyarakat bawah masih belum begitu maksimal.
“Biasanya di setiap kecamatan itu ada empat petugas, tapi sekarang petugas yang tersedia masih dua petugas, ya tidak apa-apa kami gunakan SDM yang ada saja” tutupnya. (MAIL/ROS/VEM)