SAMPANG, koranmadura.com – ‘Relawan Sekolah Sungai’ yang beranggotakan sebanyak 30 personel terbentuk pada 2017 lalu. Sekolah ini dibentuk guna membantu meringankan beban Pemerintah Daerah (Pemda) Sampang, Madura, Jawa Timur dalam menanggulangi banjir.
Namun, sekolah yang berada di bawah naungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat itu sudah terancam bubar. Pasalnya, keberadaan mereka “seperti tak dianggap” oleh pemerintah. Salah salah buktinya, mereka tak pernah dapat honor.
“Merekaa bisa membantu kami untuk sosialisasi kepada masyarakat ketika ada bencana banjir. Kemudian ikut membantu kami untuk menjaga dan menjalankan program kebersihan sungai. Jumlahnya ada 30 orang, tapi memang kami dengar ada yang mau memundurkan diri, alasannya mau keluar kota untuk mencari penghasilan yang lebih baik lagi. Dan memang sampai saat ini kami tidak memberi honor,” papar Kepala BPBD Kabuoaten Sampang, Anang Joenaidi, Selasa, 30 April 2019.
Selama ini, lanjut Anang mengaku, dengan penuh semangat ikut membantu kinerja BPBD tanpa ada honor.
“Kami masih memperjuangkan itu. Sebenarnya kalau Rp 50 ribu per orang setiap bulan itu tidak terlalu besar, hanya memang kemampuan anggaran kami yang belum ada. Jadi dua tahun ini mereka tidak ada honornya,” akunya.
Anang juga menjelaskan, selama ini relawan sekolah sungai masih terpusat di kelurahan kota dan belum melebar ke titik sungai daerah lainnya.
“Memang fokus kami di Sungai Kamoning di kota, karena dilihat dari jalan protokol, kebersihan sungai jika dilihat orang dalam maupun luar Sampang, itu masih terlihat di Kota. Tapi tahun ini kami mau merambah ke Sungai Tanjung, Kecamatan Camplong, Jumat depanbini rencananya mau bersih-bersih di sana,” pungkasnya. (MUHLIS/DIK)