SUMENEP, koranmadura.com – Dua hari pasca gempa yang melanda Kecamatan/Pulau Raas, Sumenep, Madura, Jawa Timur, puluhan siswa di kecamatan tersebut enggan belajar di dalam ruang kelas. Salah satunya terjadi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Islah di Desa Kropoh.
“Anak-anak tidak mau belajar di dalam kelas. Sehingga terpaksa kegiatan belajar mengajar (KBM) dilangsungkan di bawah-bawah pohon,” ujar Kepala MI Al Islah, Imam Kafrawi, Kamis, 4 April 2019.
Menurutnya, akibat gempa yang terjadi, khususnya Selasa, 2 April 2019 lalu, kondisi sekolah yang berlokasi di Dusun Remrem itu saat ini mengkhawatirkan. “Bukan hanya retak-retak. Tapi mengkhawatirkan. Jangankan muridnya, gurunya juga takut,” tambahnya.
Karena belajarnya di bawah pohon, menurut Imam proses KBM harus menyesuaikan dengan kondisi. Artinya harus berpindah-pindah untuk menghindari terik matahari. “Kasihan anak-anak. Trauma sekali,” ujarnya.
Menurutnya, sampai pagi ini belum ada bantuan yang diterima para korban gempa. “Kalau pemerintah ada kemampuan, kami berharap ada bantuan tenda. Supaya anak-anak tidak harus pindah-pindah,” pungkas Imam.
Sekadar diketahui, gempa bumi melanda kecamatan tersebut pada Selasa lalu. Hingga tadi malam, berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa sudah terjadi 14 kali. Meskipun, hanya sebagian yang getarannya dirasakan masyarakat. FATHOL ALIF/VEM