Oleh: MH. Said Abdullah*
Kembali Calon Presiden Nomor urut 02 menyampaikan klaim kemenangan terbuka dalam pelaksanaan Pilpres 2019. Klaim kemenangan keempat itu disampaikan dalam acara Simposiun “Mengungkap Fakta-fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Hotel Grans Sahid, Jakarta (14/5/2019).
Seakan menjadi tradisi klaim kemenangan kali ini seperti biasa membawa angka baru yaitu 54,24 persen. Angka itu disebut berdasarkan perhitungan dari data C1 yang diterima BPN yang baru mencapai 444.976 TPS dari sekitar 813.350 TPS seluruh Indonesia.
Jika dibanding data real count KPU progres pengumpulan C1 dari BPN masih tertinggal jauh. Sampai tulisan ini dibuat KPU sudah mengumpulkan data sebanyak 82 persen lebih dari seluruh TPS. Perhitungan sementara Jokowi-Ma’ruf Amin memperoleh 56,3 persen dan Prabowo-Sandi 43,7 persen.
Dengan angka pengumpulan C1 dari KPU yang telah mencapai 82 persen dan posisi perolehan suara Capres nomor 01 telah mencapai 56,3 persen tak ada klaim kemenangan dari Jokowi. Demikian pula TKN yang memiliki War Room dan telah menghitung perolehan suara Jokowi mencapai 80 juta suara lebih, yang menggambarkan telah melewati ambang 50 persen juga belum secara terbuka menyampaikan klaim kemenangan. Baik pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin maupun TKN masih tetap konsisten menunggu pengumuman KPU.
Tampak jelas di sini perbedaan respons dalam proses perhitungan suara dari dua pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Kubu BPN bersemangat menyampaikan klaim kemenangan namun ironisnya mereka masih berteriak keras tentang kecurangan. Lebih ironis lagi mereka sampai hari ini tidak mampu menyodorkan bukti konkret, data riil tudingan kecurangan. Termasuk yang dijanjikan akan dipublikasikan dalam acara simposium tentang temuan 25 juta kecurangan.
Yang tak kalah menarik klaim kemenangan dari kubu nomor 02 sampai saat sekarang mengalami fluktuasi sangat signifikan. Pertama kemenangan diraih mencapai 52 persen, lalu berobah naik menjadi 62 persen. Di angka 62 persen diberi embel-embel penjelasan kalau tidak dicurangi kemenangan bisa mencapai 80 persen. Wow.
Klaim kemenangan paling akhir turun menjadi 54,24 persen. Itupun dengan asumsi data C1 masih dalam kisaran tak sampai 55 persen. Artinya, angka klaim kemenangan yang diakui mereka secara statistik sudah mendekati final, namun potensial sebenarnya sangat mungkin berobah. Itupun jika tidak ada faktor ghaib bernama setan gundul yang disebut-sebut menjadi pemasok data yang 62 persen.
Perubahan angka klaim yang berobah menggambarkan betapa sebenarnya BPN sama sekali tidak memilik data akurat. Pernyataan Sandiaga yang tidak mengetahui dari mana angka 62 persen makin menegaskan klaim tanpa dasar BPN.
Secara internal aktivitas klaim kemenangan yang ‘labil’ juga menegaskan inkonsistensi serta ketakpercayaan diri. Faktor penyebabnya basis data yang bisa jadi memang tidak dimiliki.
Yang perlu dicermati dari berbagai klaim itu adalah potensi penyesatan informasi ke tengah masyarakat. Mereka mengklaim angka kemenangan tapi tak bisa memperlihatkan secara terbuka. Mereka berteriak menuding terjadi kecurangan tapi tak bisa menyodorkan bukti. KPU pun menantang untuk mengadu akurasi data.
Rencana penolakan Prabowo terhadap perhitungan KPU yang tanpa didukung data, tudingan kecurangan, klaim kemenangan tanpa dasar mengindikasikan ada agenda tersembunyi. Masyarakat perlu mewaspadai apalagi telah merebak berbagai pernyataan provokatif segelintir elit yang belakangan mulai merembet kepada sebagian masyarakat terutama di media sosial.
Sebagian besar masyarakat yang berpikir waras bersama TNI dan Polri, serta tokoh agama harus mewaspadai penyebaran atmosfer panas belakangan ini. Kedamaian dan ketentraman negeri tak boleh terusik syahwat kekuasaan berlebihan. [*]
*Wakil Ketua Banggar DPR RI.