Oleh: MH. Said Abdullah*
Pernyataan Mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) AM. Hendropriyono yang mengingatkan sejumlah WNI keturunan Arab agar tidak menjadi provokator sempat viral di tengah masyarakat. Mereka yang kontra menganggap pernyataan Hendropriyono sebagai rasis. Namun yang memberikan dukungan menilai pernyataannya bisa dipahami karena memiliki dasar kuat.
Dalam pernyataannya Hendropriyono memaparkan bahwa masyarakat Indonesia sangat menghormati keturunan Arab. Masyarakat Indonesia yang patnernalistik, karena rasa hormat itu mudah mengikuti pernyataan dan perilaku keturunan Arab. “Saya peringatkan Rizieq, Yusuf Martak dan orang-orang yang meneriakkan revolusi kan sudah banyak. Itu inkonstiusional, merusak disiplin dan tata tertib sosial. Jangan seperti itulah,” tegas AM. Hendropriyono antara lain.
Yang menarik, pernyataan AM. Hendropriyono seperti biasa diplintir seakan hanya sekedar memperingatkan keturunan Arab. Konteks keseluruhan dari pernyataannya seperti tenggelam sehingga terkesan hanya ‘menyerang’ keturunan Arab.
Jika mencermati keseluruhan apa yang disampaikan, secara panjang lebar Hendropriyono sebenarnya memaparkan bahwa keturunan Arab di negeri ini menempati posisi sangat terhormat. Mereka, lanjut Hendropriyono, di pelosok-pelosok mendapat kehormatan luar biasa. “Masyarakat sangat menghormati. Jika mereka berjalan di desa-desa, dusun-dusun, tangannya dicium dengan penuh rasa hormat. Kalau keturunan Cina, tidak ada seperti itu,” paparnya.
Dengan kultur paternalistik yang masih tumbuh subur di tengah masyarakat negeri ini Hendropriyono merasa perlu memaparkan lagi posisi terhormat itu agar keturunan Arab berhati-hati. Masyarakat akan mudah mengikuti orang yang dihormatinya. Jadi sangat jelas konteks pernyataan Hendropriyono bahwa posisi terhormat keturunan Arab menjadikan mereka seperti panutan.
Jauh sebelumnya pernyataan mengarah kepada keturunan Arab khususnya kalangan habaib pernah pula disampaikan Alwy Shihab. Mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Gus Dur itu, beberapa waktu lalu melalui video pendek merasa perlu mengingatkan agar mereka yang disebut keturunan Rasulullah mampu mengemban dan berperilaku sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Alwy Shihab saat itu mengkritisi mereka yang mengaku keturunan Rasulullah namun mudah sekali melontarkan berbagai kata-kata kasar, ujaran kebencian yang tak sejalan akhlaq mulia Rasulullah.
Baik paparan pernyataan Hendropriyono maupun Alwy Shihab, sebenarnya sangat normatif dan bahkan bersifat umum bahwa seharusnya siapapun yang menempati posisi sebagai elite di tengah masyarakat agar berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan. Masyarakat yang paternastik sangat mudah dipengaruhi serta mengikuti pernyataan tokoh yang dihormatinya.
Lalu apakah perlu masyarakat keturunan Arab di negeri ini tersinggung dengan pernyataan AM. Hendropriyono? Secara logika sehat tak ada yang perlu dikhawatirkan. Masyarakat keturunan Arab di negeri ini tak perlu risau dan merasa mendapat perlakuan rasis. Apalagi arah pernyataan Hendropriyono sangat jelas kepada siapa dan bukan mengeneralisir seakan kepada seluruh keturunan Arab.
Apa yang disampaikan Hendropriyono justru menjadi masukan penting. Dengan posisinya yang sangat terhormat di tengah masyarakat Indonenesia, keturunan Arab selayaknya menjadi tauladan dalam seluruh aspek kehidupan. Apalagi bila dikaitkan pula dengan nasab keturunan Nabi Muhammad SAW. Beban tanggungjawabnya bukan hanya atas dasar rasa hormat masyarakat namun keharusan pula berperilaku sebagaimana kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Masyarakat keturunan Arab di negeri ini memang identik dengan keislaman. Karena itu, sinyalemen Hendropriyono dapat pula dimaknai agar masyarakat keturunan Arab di negeri ini berperilaku sesuai nilai-nilai luhur ajaran agama Islam, yang mampu menyebarkan semangat rahmatal lil alamin. [*]
*Wakil Ketua Banggar, DPR RI.