SUMENEP, koranmadura.com – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1440 H konsumsi daging diperkirakan meningkat dari hari biasanya. Oleh karenanya, Pemerintah Daerah (Pemda) diminta untuk mengantisipasi masuknya daging sapi gelonggongan di sejumlah pasar tradisiobal yang ada di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur ini.
“Kami harap pemerintah daerah tidak berpangku tangan, harus aktif melakukan pengawasan, utamanya beredarnya daging gelonggongan,” kata Badrul Aini, Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumenep, Rabu, 22 Mei 2019.
Menurutnya, beredarnya daging gelonggongan sangat merugikan konsumen. Sebab, daging gelongongan memiliki kadar keasaman (PH) rata-rata 6,25. Sedangkan daging normal hanya mengandung PH sekitar 5,5-5,8. “Masyarakat rugi, karena dagingnya mengandung air, atau beratnya bertambah,” jelasnya.
Jika cara masakannya tidak sempurna, lanjut Badrul, bisa membahayakan pada kesehatan. Salah satunya yang mengkonsumsi bisa terkena diare.
Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan, Sumenep, Bambang Heriyanto mengaku, telah melakukan pencegahan dengan cara melakukan pengawasan secara optimal di sejumlah pasar tradisional.
“Hingga saat ini untuk di Kabupaten Sumenep, kami pastikan aman dari daging gelonggongan,” katanya.
Dari itu, pihaknya meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya daging yang membahayakan kesehatan tersebut. Sebab, pemerintah daerah setiap hari terus melakukan pemantauan terhadap daging yang dijual di pasaran.
Daging yang terjual di pasar merupakan sapi yang dipotong sendiri oleh pedagang dan sapinya pun hasil ternak dari para petani atau peternak lokal. Bukan daging yang telah diproses secara tidak benar, seperti meminumkan air sebelum sapi disembelih.
“Masyarakat tidak perlu khawatir akan daging berbahaya itu. Daging yang dijual dipasaran semuanya daging sehat dan hasil ternak,” tegasnya.
Kendati demikian, paparnya, para konsumen tetap harus lebih berhati-hati saat hendak membeli daging sapi. Konsumen harus bisa membedakan daging sapi sehat dan daging gelonggongan, karena perbedaannya sangat mencolok.
Kalau daging sapi gelonggongan itu biasanya mengeluarkan air secara terus menerus. Sehingga para pedagang biasanya tidak menggantung daging tersebut seperti daging yang sehat, karena khawatir ketahuan.
“Baunya pun seperti anyir dan warnanya lebih mengkilat. Daging tersebut sebenarnya sangat bahaya bagi kesehatan konsumen. Kalau habis makan daging gelonggongan itu bisanya mengalami diare dan bisa berakibat kematian,” tukasnya. (JUNAIDI/ROS/DIK)