SUMENEP, koranmadura.com – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sumenep melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor DPRD Sumenep, Madura, Jawa Timur, Selasa, 27 Mei 2019.
Mereka menyuarakan tentang keluh kesah sejumlah pedagang di Pasar Tradisional Lenteng. Versi mereka, omset pedagang terus berkurang pasca adanya renovasi bangunan pasar. Saat ini pedagang dialihkan ke tempat dagang sapi, sementara renovasi pasar yang baru belum kunjung diteruskan.
“Sesuai janji pihak Disperindag kelanjutan pembangunan pasar paling lambat April. Nyatanya sampai saat ini belum ada tanda-tanda pembangunan dilanjutkan,” kata Ainul Faiz, Korlap Aksi sebagaimana rilisnya.
Setelah berorasi cukup lama, mereka ditemui oleh Kepala Humas dan Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep, Siswahyudi Bintoro. Saat itu disampaikan jika saat ini sedang tidak ada Anggota Dewan yang masuk kantor. Sesuai agenda, kata dia, semua wakil rakyat di gedung parlemen sedang melaksanakan kunker ke luar kota.
“Sekarang anggota dewan tidak ada, kalau mau ketemu, silahkan jadwalkan lagi,” kata Bintoro kepada peserta demo.
Namun, sanggahan yang disampaikan Bintoro menyebabkan amarah mahasiswa berjaket warna merah itu semakin menjadi. Mereka menilai jika ucapan tersebut merupakan alibi belaka. Sebab, saat itu Bintoro tidak menunjukan surat tugas perjalanan Anggota Dewan. “Tunjukkan surat tugas jika anggota dewan benar-benar melalukan agenda kedewanan ke luar kota,” teriak salah satu orator.
Bahkan, mahasiswa memilih tetap bertahan di depan kantor dewan meski dalam kondisi rintik-rintik. Sementara sejumlah personel kepolisian yang melakukan pengamanan sempat memilih berteduh.
Ditengah “lengahnya” pengamanan, mahasiwa mencoba masuk ke kantor DPRD Sumenep dengan cara mendorong pintu pagar. Namun, upaya tersebut bisa dihalau oleh petugas keamanan, yang terdiri dari petugas dari Satpol PP dan Kepolisian Polres Sumenep.
“Satu komando, satu tujuan, satu komando, satu tujuan,” teriak mahasisa sambil mendorong pintu pagar Kantor DPRD Sumenep.
Tidak berselang beberapa lama kemudian, mereka membubarkan diri dengan tertib. (JUNAIDI/ROS/VEM)