SUMENEP, koranmadura.com – Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat ini sudah masuk awal musim kemarau, khususnya di wilayah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep juga sudah mulai melakukan pemetaan daerah-daerah rawan kekeringan, baik kering langka maupun kering kritis.
Kepala BPBD Sumenep, Abd. Rahman Riadi mengungkapkan, peta rawan kekeringan pada musim kemarau tahun ini tidak jauh berbeda dengan musim sebelumnya. Menurut dia, di kabupaten paling timur Pulau Madura ini ada 10 desa berpotensi mengalami kering kritis.
Dikatakan, 10 desa berpotensi mengalami kering kritis pada musim kemarau kali ini tersebar di sejumlah kecamatan yang memang menjadi langganan selama ini. Di antaranya Kecamatan Pasongsongan, Rubaru, Batuputih, dan Talango.
Sementara desa-desa yang berpotensi mengalami kering langka, menurut pria yang akrab disapa Rahman ini ada sekitar sekitar 27 desa. “Juga tersebar di beberapa kecamatan,” ujar dia kepada wartawan, Jumat, 24 Mei 2019.
Mantan Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumenep ini menjelaskan, desa bisa dikategorikan mengalami kering kritis apabila jarak sumber air dengan masyarakat sebagai pengguna mencapai 3 kilo meter atau lebih.
Sedangkan desa bisa disebut mengalami kering langka ialah jika jarak sumber air dengan masyarakat berada di kisaran 500 meter hingga 3 kilo. “Kalau jarak sumber air dengan masyarakat antara 100 sampai 500 meter, itu disebut kering terbatas,” jelasnya. (FATHOL ALIF/SOE/DIK)