KORANMADURA.com – Akses ke medsos dan layanan messaging seperti Instagram, Facebook dan WhatsApp (WA) oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sementara akan dibatasi. Hal ini berlaku sejak Rabu (22/5). Ternyata pembatasan ini bukan cuma membuat masyarakat umum dilanda kegalauan, dokter dan pasien juga ikut dibuat bingung karenanya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH membagikan pendapatnya kepada detikHealth melalui pesan singkat.
“Saat ini memang kita menyadari begitu banyak hoaks yang beredar di tengah masyarakat yang menginfokan seputar kerusuhan dampak demonstrasi di depan Bawaslu yang bernada provokasi. Akhirnya pemerintah melakukan pembatasan penggunaan media sosial. Saya memaklumi kondisi tersebut,” ujarnya membuka percakapan.
“Tetapi disisi lain sebagai seorang Dokter, saat ini WA merupakan salah satu media komunikasi perawat mengirimkan hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain atau menyampaikan perkembangan pasien atau melaporkan pasien baru atau jika ada konsultasi sesama dokter,” lanjut dr Ari.
Sama halnya juga dengan perawat, dr Ari menuturkan juga membutuhkan fitur messaging ini untuk menyampaikan jadwal tindakan atau operasi kepada pasien. Sebaliknya dokter pun sudah terbiasa menyampaikan bisa atau tidaknya melakukan tindakan atau operasi di RS juga melalui Whatsapp.
“Sebagian pasien juga sudah memanfaatkan WA untuk berkonsultasi dengan dokter tentang obat atau hal lain mengenai kondisi kesehatannya. RS juga sudah memanfaatkan WA untuk pendaftaran pasien dan berkomunikasi dengan pasien untuk penjadwalan berobat. Kalau kondisi pembatasan media sosial ini terus berlangsung, pastilah juga akan berdampak tidak baik untuk pelayanan kesehatan masyarakat yang sudah memanfaatkan komunikasi melalui media sosial ini,” tuturnya.
Oleh karena itu, dr Ari menyarankan untuk sementara kembali menggunakan telepon atau SMS demi lancarnya kegiatan untuk para tenaga kesehatan.
“Pada kondisi seperti ini memang kita sementara harus kembali ke era sebelum medsos dengan menggunakan telepon atau SMS. Jika akses media sosial ini lancar, saya pun berharap masyarakat juga harus bijaksana menggunakan medsos untuk hal-hal penting sebagai alat komunikasi di era saat ini bukan untuk saling provokasi atau saling menghujat,” tandasnya. (DETIK.com/ROS/VEM)