SIDOARJO, koranmadura.com – Menyambut bulan suci Ramadan, warga Kecamatan Porong Sidoarjo memiliki tradisi ziarah ke makam leluhur. Tradisi itupun dilakukan oleh warga korban lumpur Sidoarjo yang tempat pemakaman umum (TPU) nya terendam lumpur sejak tahun 2006 silam.
Sebelum melakukan ziarah kubur atau tabur bunga, ratusan warga korban lumpur itu berkumpul di atas tanggul di titik 21 Desa Siring Kecamatan Porong. Sekitar pukul 16.15 WIB mereka melakukan doa bersama, doa bersama tersebut dipimpin oleh ustaz Mujibu Rochman.
Setelah melakukan doa bersama ratusan warga korban lumpur Sidoarjo, yang mayoritas warga Desa Siring Kecamatan Porong Sidoarjo ini langsung turun di pond (kolam) lumpur untuk melakukan tabur bunga.
“Kami merasa berdosa terhadap ahli waris kubur orang tua kami. Karena kami belum sempat memindahkan ke TPU lain, sudah terendam lumpur sejak tahun 2006 yang lalu,” kata Mujibu Rochman kepada wartawan di atas tanggul penahanan lumpur, Sabtu, 4 Mei 2019.
Rochman menambahkan dengan belum berhasil memindahkan makam leluhurnya itu, maka setiap menjelang bulan suci Ramadhan dan ahkir bulan Ramadhan dia melakukan ziarah kubur di atas tanggul seperti ini.
“Kegiatan ziarah kubur melakukan tabur bunga seperti ini. Dilakukan rutin menjelang dan akhir bulan Ramadhan,” tambah Rochman.
Hal senada juga diungkapkan Darma Setiawan (35), warga Desa Siring. Tabur bunga ini dilakukan secara rutin terutama oleh warga korban lumpur yang TPU nya sudah terendam lumpur sejak tahun 2006. Hampir seluruh warga Desa Siring tidak sempat memindahkan makam leluhurnya dan keburu lumpur sudah menenggelamkannya.
“Pada saat itu tidak sempat memikirkan itu, karena datangnya bencana lumpur sangat mendadak,” kata Setiawan.
Setiawan menjelaskan selain untuk melakukan tabur bunga, warga Desa Siring Kecamatan Porong ini menyempatkan diri untuk saling melepas rindu. Karena mereka saat ini sudah memiliki tempat tinggal yang terpisah, tidak berkumpul seperti sebelum lumpur menenggelamkan kampungnya.
“Selain itu di atas tanggul penahanan lumpur ini dimanfaatkan warga untuk reuni kecil-kecilan. Karena kami warga Siring jarang ketemu,” tandas Setiawan. (DETIK.com/ROS/DIK)