SUMENEP, koranmadura.com – Tenggelamnya KM Arim Jaya beberapa waktu lalu bukan merupakan kecelakaan laut (laka laut) pertama yang terjadi di wilayah perairan Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Tahun lalu, tepatnya 8 Maret 2018, laka laut pernah terjadi di wilayah Perairan Sapeken. Saat itu menimpa perahu Kota Baru yang mengangkut puluhan santri Pondok Pesantren Abu Hurairah dari Pelabuhan Karang Kongo di Desa Sapeken menuju Pelabuhan Tanjung Kiaok.
Karena itu, agar tidak selalu terulang kejadian serupa ke depan harus ada langkah-langkah antisipatif oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab). Minimal untuk meminimalisir terjadinya laka laut. Lalu, apa langkah-langkah Pemkab Sumenep ke depan?
Terkait hal tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda) Sumenep, Edy Rasiyadi mengatakan, ke depan pihaknya akan lebih gencar lagi melakukan sosialisasi kepada masyarakat, termasuk para pemilik perahu, supaya lebih berhati-hati saat akan melakukan pelayaran.
Di samping itu, lanjut mantam Kepala Dinas PU Bina Marga Sumenep ini, pihaknya akan mengusahakan agar setiap aktifitas pelayaran sudah dalam pantauan pihak terkait. Dalam hal ini syahbandar.
“Langkah antisipasi lainnya, kami juga akan upayakan memberikan bantuan alat keselamatan, seperti pelampung, kepada para pemilik perahu. Tentunya hal ini akan dilakukan secara bertahap,” tambahnya.
Lebih lanjut, Edy menyampaikan rata-rata laka laut yang terjadi sejauh ini dan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa karena minimnya fasilitas keamanan dalam perahu. “Ada juga karena perahu mengangkut penumpang melebihi kapasitas (overload),” ungkap dia.
Diberitakan sebelumnya, KM Arim Jaya tenggelam dalam perjalan dari Pulau Gua-Gua, Kecamatan/Pulau Raas menuju Pelabuhan Kalianget, tepatnya di wilayah perairan Pulau Giliyang-Pulau Sapudi, Senin, 17 Juni 2019. Saat itu kapal berpenumpang 60 orang.
Dari keseluruhan penumpang, sejauh ini sudah 59 ditemukan. Sebanyak 21 di antaranya meninggal dunia, 38 orang dalam kondisi selamat. Sementara sisanya, satu korban masih dicari. FATHOL ALIF/SOE/VEM