SUMENEP, koranmadura.com – Memasuki musim kemarau 2019, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur mulai melakukan pendataan daerah rawan kekeringan kritis dan daerah kering langka.
“Sesuai siklus periodik saat ini sudah memasuki musim kemarau, meski rilis dari BMKG masih belum sampai. Dan kami sudah membuat surat tanggap darurat,” kata R. Rahman Riadi, Kepala BPBD Sumenep, Kamis, 20 Juni 2019.
Surat tanggap darurat itu, kata dia, dibuat untuk diajukan kepada Bupati Sumenep sebagai dasar penggunaan dana operasional suplai air ke sejumlah desa yang sedang dilanda kekeringan. “Kalau tidak ada biaya operasional kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ungkapnya.
Selain menerbitkan surat tanggap darurat, kata Rahman, BPBD juga sedang melakukan inventarisir daerah yang rentan dilanda kekeringan, baik kering kritis maupun kering langka. Itu dilakukan untuk mengetahui lokasi, kebutuhan air dan lain sebagainya.
“Saat ini yang telah dilanda kekeringan masih satu desa, yakni Desa Montorna Kecamatan Pasongsongan,” ungkapnya.
Sesuai data tahun 2018, kata dia, terdapat 10 desa yang dilanda kekeringan kritis dan 17 desa masuk kekeringan langka.
10 desa yang masuk kekeringan kritis diantaranya Desa Montorna, Prancak Kecamatan Pasongsongan, Dusun Talaga Desa Kombang Kecamatan Talango, Desa Batuputih, Desa Batang-batang, Jangkong, Desa Juruan Daya dan Desa Badur. “Kalau desa Prancak masuk kekeringan langka,” tegasnya.
Adapaun kategori daerah kering langka apabila masyarakat untuk mendapatkan air bersih harus menempuh jarak diatas 3 kilometer. Sementara kriteria desa kering langka apabila untuk mendapatkan air bersih berjarak 0,5 – 3 kilometer. (JUNAIDI/ROS/VEM)