BANGKALAN, koramadura.com – Ada tradisi unik masyarakat Bangkalan, Madura, Jawa Timur, yang masih dilestarikan hingga saat ini, tepatnya saat masyarakat daerah pesisir Kecamatan Kamal merayakan hari ketujuh lebaran yang lebih dikenal dengan lebaran ketupat yakni tradisi larung sesaji. Tradisi itu biasa dilakukan para nelayan sebagai bentuk syukur atas pekerjaannya.
Arifin, Kepala desa Tajungan, menerangkan, tradisi larung sesaji ini sudah menjadi kegiatan turun temurun dan sampai saat ini tradisi ini tetap menjadi rutinitas pada lebaran ketupat.
“Tradisi ini dilaksanakan oleh nenek moyang kita setiap tahun bagi para nelayan,” kata arifin, Rabu, 12 Juni 2019.
Sebelum tradisi larung sesaji ini dilaksanakan, para nelayan di sana mempersiapkan acara itu dengan menghias perahu-perahunya.
Biaya yang dikeluarkan pun tak tanggung-tanggung, satu perahu bisa mengbiskan dana hingga Rp 300 ribu. “Perkiraan 300 ribu satu perahu untuk biaya penghias dan bensinnya,” jelasnya.
Dilanjutkan Arifin, ada sekitar 200 perahu yang dipersiapkan untuk para masyarakat sekitar yang ingin naik ke perahu yang telah disiapkan secara gratis. Jaraknya pun ada yang dari pelabuhan Tajungan menuju ke pelabuhan Kamal, ada pula yang menuju ke pelabuhan Gresik.
“200 perahu itu bisa di bawa ke Gresik, pelabuhan Kamal, tergantung permintaan penumpang,” tuturnya.
Sementara pihak Satuan Polisi Air Udara (Satpolairud) Bangkalan mengerahkan 7 personel untuk mengamankan para masyarakat yang menaiki perahu. “Ada tujuh anggota, kami lakukan pengamanan bagi setiap penumpang perahu, karena meraka yang menaiki perahu tidak menggunakan alat keamanan apapun,” ucap AKP Irma Suryani Achmad, Kasatpolairud Bangkalan. (MAIL/ROS/VEM)