SUMENEP, koranmadura.com – Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep, Madura, Jawa Timur, menyebutkan petani tembakau kecolongan karena masih benyak yang belum melalukan penanaman meski perubahan musim telah terjadi sejak beberapa bulan lalu.
“Sejak awal sudah kami sampaikan untuk memulai tanam tembakau, tapi petani belum memulai. Sehingga petani banyak yang kecolongan,” kata Kepala Bidang Perkebunan Dispertahortbun Sumenep, Abdul Hamid.
Dikatakan, perubahan musim kemarau diperkirakan telah terjadi sejak awal April 2019 lalu. Sehingga pada minggu keempat, sebenarnya petani tembakau sudah bisa memulai penyemaian bibit dan pada minggu kedua Mei 2019 sudah bisa ditanam.
Hanya saja, sambungnya, sebagian petani pada waktu itu masih menanam tanaman lain, seperti padi dan jagung. Akibatnya sebagian lahan yang masuk area tembakau, seperti di Kecamatan Saronggi, belum bisa ditanami tembakau.
“Kami masih melakukan pendataan ke beberapa wilayah untuk memastikan lokasi yang ditanami tembakau, tapi belum bisa memastikan berapa persen yang sudah ditanami setiap kecamatan. Karena ada yang masih memulai dan ada yang masih ada tanamannya,” ungkapnya.
Saat ini, sambung Hamid, banyak petani yang mengeluh karena lahan milik mereka tidak bisa ditanami tembakau akibat kekurangan air. “Mau dicangkul tidak bisa karena tanahnya sudah kering,” pungkas dia.
Ploting area tembakau di Sumenep tahun ini sebanyak 21.893 hektare dengan target produksi sebanyak 14 ribu ton. Dari luas area tersebut, kebutuhan bibit diperkirakan sekitar 547.325.000 batang.
Lokasi penanaman tembakau tersebar di 17 kecamatan wilayah daratan. Sedangkan jumlah kecamatan di Sumenep sebanyak 27 kecamatan, baik di daratan maupun kepulauan. (JUNAIDI/FAT/VEM)