SUMENEP, koranmadura.com – Daerah terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, berpotensi meluas. Hal tersebut bisa terjadi jika musim kemarau tahun ini lebih panjang dari tahun lalu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Abd. Rahman Riadi menyampaikan saat ini daerah-daerah rawan kekeringan, baik kering kritis maupun kering langka, tersebar di 10 kecamatan.
Dari 10 kecamatan yang masuk peta rawan kekeringan itu, 24 dusun di 10 desa masuk kategori kering kritis dan sebanyak 38 dusun di 17 desa kering langka.
“Mudah-mudahan musim kemarau sekarang tidak lebih lama dibanding musim kemarau sebelumnya,” ujar mantan Sekretaris Bappeda Sumenep itu.
Sesuai dengan surat edaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang diterima pihaknya, puncak musim kemarau tahun ini diprakirakan terjadi pada Aguatus mendatang.
“Kalau di surat BMKG, puncak musim kemarau diprediksi pada Agustus mendatang. Akan tetapi dimungkinkan, musim kemarau tahun ini lebih panjang dari tahun 2018,” tambahnya.
Jika prediksi BMKG soal kemungkinan musim kemarau 2019 lebih panjang dari tahun lalu jadi kenyataan, sambungnya, maka tidak menutup kemungkinan jumlah daerah terdampak kekeringan akan bertambah.
“Kalau itu yang terjadi, maka permintaan droping air bersih dari daerah terdampak kekeringan akan juga meningkat. Tapi sekali lagi, kami berharap musim kemarau tahun ini tidak lebih panjang dari tahun lalu,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)