KORANMADURA.com – Kepolisian Bangladesh menangkap seorang kepala sekolah yang dituduh memperkosa belasan anak. Kasus ini sampai memicu unjuk rasa dari ratusan warga setempat.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (6/7/2019), kasus ini terjadi di sebuah sekolah religius atau madrasah bernama Madrasah Baitul Huda Cadet yang terletak di wilayah Fatulla, pinggiran ibu kota Dhaka itu. Si kepala sekolah yang bernama Al Amin juga diketahui merupakan pendiri madrasah tersebut.
Kepada kepolisian setempat, Al Amin mengklaim dirinya tidak bersalah. Dia bahkan menyebut dirinya ‘kerasukan setan’.
Kepolisian elite dari Batalion Cepat Tanggap (RAB) menangkap Al Amin pada Kamis (4/7) waktu setempat, setelah ibunda salah satu korban melaporkan tindak pemerkosaan itu ke polisi setempat. Identitas korban dirahasiakan dari publik, hanya disebut dia seorang bocah perempuan yang berusia 10 tahun.
Kepala RAB setempat, Letnan Kolonel Kazi Samser Uddin, menyebut korban menonton sebuah laporan berita televisi soal kasus penyerangan seks serius dan memberitahu ibundanya bahwa si kepala sekolah ‘melakukan hal yang sama terhadapnya’.
“Sang ibunda dengan segera bergegas mendatangi kami dengan laporannya. Kemudian kami menangkap si kepala sekolah,” tutur Uddin kepada AFP.
Belakangan si kepala sekolah mengakui perbuatannya. Dia mengaku bahwa dirinya memaksa berhubungan intim dengan beberapa siswanya yang masih di bawah umur.
“Kami mendapati bahwa dia memperkosa dan mencabuli sedikitnya 12 anak perempuan di madrasah tersebut,” ungkap Uddin dalam pernyataannya.
Ratusan orang menggelar unjuk rasa di Fatulla untuk menuntut penegakan keadilan dan hukuman berat untuk si kepala sekolah. Yang lebih mengejutkan, si kepala sekolah ternyata juga seorang imam pada salah satu masjid setempat.
Pekan lalu, dalam kasus terpisah, kepolisian setempat menangkap dua guru sekolah menengah yang diduga memperkosa 20 siswa. Kedua guru itu disebut memeras dan memperkosa para korban juga beberapa ibunda korban selama empat tahun terakhir.
Kelompok-kelompok HAM mengkhawatirkan peningkatan jumlah kasus pemerkosaan dan penyerangan seksual di Bangladesh. Yayasan Manusher Jonno, kelompok HAM lokal, merilis laporan awal tahun ini yang menyebut 433 anak-anak diperkosa sepanjang tahun 2018. Kebanyakan korban berusia antara 7-12 tahun.
Budaya impunitas — mengampuni tindak kriminal — disinyalir menjadi salah satu pemicu meningkatnya angka kasus kekerasan seksual di Bangladesh. (DETIK.com/SOE/VEM)