By : Miqdad Husein
Kepanjangan MRT tidak hanya Moda Raya Terpadu. Kini muncul lagi plesetan kepanjangan MRT menjadi menyatukan rakyat terbelah.
Plesetan kepanjangan itu muncul pasca pertemuan Jokowi dan Prabowo di MRT, Sabtu (13/7/2019). Plesetan yang mencerminkan harapan terhadap pertemuan yang sudah lama dinantikan rakyat negeri ini. Pertemuan yang diharapkan mampu menyatukan kembali perbedaan tajam dukungan selama pelaksanaan Pilpres 2019.
Seperti diperkirakan sebelumnya moment indah itu memang disambut penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Pendukung kedua sosok Capres yang berpikir rasional memberikan apresiasi luar biasa. Apalagi ketika tayangan media elektronik memperlihatkan keakraban keduanya.
Terlihat jelas dari gestur tubuh dan ekspresi wajah dua sosok pimpinan nasional itu sangat cair. Saling berangkulan serta lontar joke-joke segar. “Selamat bertugas, selamat bertambah rambut putih,” kata Prabowo yang disambut tawa lepas Jokowi dan beberapa tokoh yang mendampinginya.
Jokowipun ketika menyampaikan pernyataan sempat menyebut simbol ‘ledekan’ antar pendukung selama masa Pilpres. “Tidak ada lagi cebong dan kampret. Yang ada sekarang Garuda,” tegas Jokowi.
Memang pertemuan yang berlangsung pertama kalinya pasca Pilpres relatif tertunda-tunda sehingga sempat menghambat proses penurunan tensi panas di kalangan kedua pendukung. Bahkan sempat terjadi kerusuhan menelan korban pasca pengumuman KPU termasuk suasana gaduh pasca keputusan MK. Semua seakan menjadi pernik perjalanan demokrasi negeri ini dan endingnya sebagaimana terlihat dalam pertemuan di MRT benar-benar diharapkan mampu ‘menyatukan rakyat terbelah.’
Sudah pasti semua tidak seperti membalik tangan. Selalu ada proses sebagaimana pertemuan MRT pun membutuhkan durasi waktu. Demikian pula di kalangan para pendukung keduanya.
Namun masyarakat yang berpikir rasional dan jernih dari masing-masing pendukung sejati kedua Capres sekalipun mungkin ada kekecewaan akan memberikan apresiasi. Bagaimanapun kepentingan kedamaian negeri ini di atas segalanya. Ketegangan sebagaimana pesta tentu ada akhirnya.
Ada saatnya ketika sebuah proses mencapai final kemudian perlu melanjutkan aktivitas lainnya. Kehidupan keseharian tak boleh berhenti dan terganggu karena terperangkap berlarut-larutnya sebuah proses aktivitas.
Hanya mereka yang berpikir dan memiliki agenda lainlah yang mungkin masih saja mempersoalkan Pilpres 2019. Mereka hanya menjadikan Pilpres sekedar batu lompatan dan titik masuk untuk kepentingan lain. Karena itu selalu ada alasan untuk terus menjerat masyarakat yang tidak mengerti ke dalam perangkap seakan masih ada persoalan Pilpres.
Selalu ada ilalang tumbuh ketika petani menanam padi. Selalu ada yang ikut berjalan bersama walau memiliki tujuan berbeda. Mereka ini seperti ilalang, akan selalu menganggu. Demikianlah.