SAMPANG, koranmadura.com – Tak kunjung ditempati meski sudah disediakan los dan kios yang baru, Pasar Margalela yang berlokasi di Jalan Samsul Arifin belum juga diminati oleh para pedagang.
Hal tersebut membuat Bupati Sampang, Slamet Junaidi turun tangan. Bahkan Bupati akan mencabut hak pakai para pedagang yang sebelumnya sudah diberikan.
“Dengan tegas sesuai komitmen kami, maka kios pedagang sebelumnya akan diambil alih. Kami akan mencari orang-orang yang serius ingin berwirausaha. Kami tidak akan membiarkan pasar kami kondisinya sepi seperti ini. Kami pastikan hak pakainya dicabut,” tegas Bupati Sampang, Slamet Junaidi saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Margalela, Selasa, 16 Juli 2019.
Padahal menurutnya, untuk meramaikan pasar tersebut, pihaknya sampai turut serta hadir dengan merencanakan sejumlah program agar pasar Margalela menjadi pasar yang maju.
“Saya sendiri tidak mengerti, mungkin di sini banyak broker. Tapi yang jelas kami tidak mau tahu, pasar Margalela harus maju dan kios maupun loss harus terisi,” katanya.
Aba Idi mengaku miris melihat para pedagang yang hasil keuntungan tidak seberapa besar karena kondisinya sepi. Bahkan dirinya mengaku iba apabila jualannya tidak tahan lama seperti makanan.
“Kan bisa kadaluarsa. Kita harus pikir kesana demi kempentingan umum, bukan kepentingan broker yang hanya mrmentingkan sendiri,” akunya.
Lebih jauh Aba Idi mengaku, sebelum mengambil langkah tegas dengan kebijakan mengambil alih hak pakai kios dsn los di Pasar Margalela, pihaknya sudah mengimbau dan menunggu kesadaran para pedagang, khususnya pemilik kios dan loss. Namun hingga saat ini pemilik kios dan los tak kunjung menempatinya.
“Bahkan kami sudah somasi hingga tiga kali proses. Kami tegaskan tidak ada proses jual beli kios maupun los. Jadi kami sediakan bagi orang-orang yang mau berdagang,” tegasnya.
Untuk diketahui, pembangunan kios baru Pasar Margalela I menelan anggaran Rp 14 miliar dari APBN Ta 2016. Sedangkan kapasitas kios dan losnya sendiri masing-masing sebanyak 55 kios dan 142 los. Namun setelah pembangunan tersebut selesai, sejak 2017 hingga saat ini, hanya sedikit pedang yang menggunakannya, bahkan terlihat sepi. (MUHLIS/SOE/DIK)