BANGKALAN, koranmadura.com – Pembangunan Gedung baru DPRD Banglalan, Masura, Jawa Timur, di Jl. Halim Perdana Kusuma yang dianggarkan Rp 48 miliar menggunakan konsep desain floating floor (lantai melayang).
Hal itu pun sempat mendapat sorotan legislator. Pasalnya, pembangunan itu tidak dilakukan pembersihan rumput terlebih dahulu. Selain itu, tanah permukaan juga tidak diuruk sampai ke tanah keras sehingga dikhawatirkan pembangunan tersebut tidak mampu bertahan lama.
Konsultan perencana CV Prima Cipta, Edi Sukanto menyampaikan, konsep pembanguan floating floor memang berbeda. Menurutnya, tiang pondasi akan ditanam sampai ke tanah yang keras, sementara lantainya akan melayang. Sehingga hal itu tidak ada kaitan dengan pembersihan rumput dan urukan tanah.
“Jadi konsepnya floating floor yaitu lantai melayang, jadi tidak ada rusannya dengan urukan dan pembersihan rumput, kalau orang madura menyebutnya konsep langgar,” katanya, Selasa, 16 Juli 2019.
Pihaknya menjamin, pembangunan gedung dewan yang berlantai empat itu akan tetap kukuh dan mampu bertahan lama.
“Tetap kokoh, jangan khawatir. Jadi kakinya menuju ke tanah keras, kemudian lantainya melayang, tidak menempel ke urukan” katanya.
Selain itu, Menejemen kontruksi CV Prima Cipta, Yulianto Hidayat menambahkan, setiap pemasangan tiang pondasi pihaknya melelakukan Tespel untuk memastikan tiang pondasi mencapai ke tanah keras.
“Setiap waktu kami lakukan Tespel. Setiap satu pondasi ada pemotongan tiang satu meter, artinya bahwa pondasi itu mencapai tanah keras dengan kedalaman 12 meter,” tandasnya. (MAIL/ROS/VEM)