SUMENEP, koranmadura.com – Saat ini, meski belum semuanya, para petambak garam di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, sudah mulai panen. Namun kecemasan tetap menghantui para petambak.
“Para petambak di Sumenep sudah banyak yang poduksi, dan sebagian ada sudah ada yang panen. Dan alhamdulillah, hasil produksi garam musim ini cukup menggembirakan (secara kualitas),” ujar salah seorang petambak, H. Ubaid.
Namun demikian, sambungnya, di saat para petambak sudah mulai panen, harga garam justru anjlok. Bahkan sekarang sudah berada di titik terendah dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Tak hanya harga anjlok yang membuat petambak garam cemas, menurut dia penyerapan garam oleh perusahaan juga belum ada kejelasan. Bahkan saat ini masih ada sisa produksi garam musim lalu belum terserap.
“Sisa produksi garam musim lalu di Sumenep saat ini masih sekitar 20 ribuan ton yang belum terserap. Sedangkan sekarang petani sudah mulai panen,” ungkap dia.
Oleh karena itu, agar harga garam tidak semakin anjlok dan hasil garam rakyat terserap maksimal, pihaknya berharap agar pemetintah pusat tidak lagi atau minimal melakukan pembatasan garam impor.
“Tuntutan kami (petambak) yang sampai sekarang belum didengar oleh pemerintah pusat ialah pembatasan garam impor. Tahun lalu pemetintah sudah mengimpor 3,8 juta ton. Untuk tahun ini, sudah ditandatangani oleh Presiden, 2,7 ton. Ini, kan, sangat menyakitkan bagi para petambak,” tuturnya.
Sekadar diketahui, H. Ubaid bersama sejumlah petambak lainnya telah melakukan audiensi dengan Komisi II DPRD Sumenep kemarin, 2 Juli 2019. Dalam kesempatan tersebut, para petambak mengeluhkan nasib mereka. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)