BANGKALAN, koranmadura.com – Pengungkapan kasus pembegalan mahasiswa UTM Bangkalan, Madura, Jawa Timur, terasa sangat lambat. Hal itu terbukti saat polisi kesulitan untuk menemukan pelaku.
Kasat Reskrim Polres Bangkalan, David Manurung mengungkap hal yang mempengaruhi lamanya penanganan kasus tersebut. Menurutnya, masyarakat sekitar tempat kejadian perkara (TKP) pembegalan dan korban terlihat enggan membantu penangkapan pelaku begal yang sering beraksi di area timur kampus UTM itu.
“Uniknya itu masyarakat sekitar dan korban masih enggan memberikan informasi tentang kasus begal, bahkan mereka tidak tahu menahu soal kasus begal. Sehingga kami merasa agak kesulitan dan membutuhkan waktu lama dalam ungkap kasus ini,” katanya, Selasa, 30 Juli 2019.
Namun, pihaknya mengaku, tidak patah arang dalam mengungkap kasus begal tersebut. “Dengan usaha yang tetap kami lakukan untuk berantas kasus begal ini, maka kami bisa ungkap kasus selama saya menjabat selama dua bulan lebih ini,” paparnya.
Diketahui, empat kasus pembegalan mahasiswa UTM dilakukan oleh orang yang sama, yakni Heru Irawan, warga Desa Sendeng Laok, Kecamatan Labang. Dalam menjalankan aksinya, Heru dibantu kedua komplotannya, yakni Hanan dan Sinol, warga Desa Sendeng Laok, Kecamatan Labang. Hanan dan Sinol saat ini dalam status Daftar Pencarian Orang (DPO). (MAIL/ROS/VEM)