KORANMADURA.com – Sejumlah warga Kota Ternate masih bertahan di perbukitan pascagempa magnitudo 7,1 Skala Richter (SR) mengguncang barat daya Ternate, Maluku Utara, Minggu (7/7) malam. Warga berhamburan dan menyelamatkan diri ke dataran tinggi.
Hingga Senin (8/7), warga masih bertahan di bukit. Mereka mengaku masih takut dan trauma, meski petugas setempat telah memastikan status siaga tsunami telah berakhir.
Pantauan CNNIndonesia.com, warga enggan turun dan memilih menetap di perbukitan bersama keluarga. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat telah berulangkali mengimbau para warga untuk turun.
“Sejak pukul 00.00 hingga 05 WITA warga masih berada di perbukitan,” laporan jurnalis CNNIndonesia Sahril Abdullah dari Ternate.
Sementara itu, hingga saat ini belum ada laporan kerusakan maupun korban jiwa pascagempa semalam. Sebagian warga yang sudah turun ke pusat kota, sudah kembali beraktivitas seperti sedia kala.
Episentrum gempa tersebut berada sekitar 135 kilometer barat daya Ternate dengan kedalaman 10 kilometer.
Atas gempa tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini tsunami di Sulawesi Utara dan Maluku Utara.
BMKG pun mencatat selang tiga detik kemudian, 22.08.42 WIB terjadi gempa susulan dengan kekuatan 7,0 SR.
Kasi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Winangun, Manado, Edward H Mengko mengatakan setidaknya ada empat gempa susulan lanjutan.
Gempa susulan pertama bermagnitudo 4,8 SR (pukul 22:29:15 WIB), gempa kedua bermagnitudo 4,2 (pukul 22:34:24 WIB), Gempa susulan ketiga bermagnitudo 4,5 (22:43:57 WIB), dan gempa susulan berikutnya magnitudo 4,0 (22:57:01 WIB).
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan gempa bumi yang terjadi di Ternate, Maluku Utara pada Minggu (7/7) malam merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada Lempeng Laut Maluku.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada Lempeng Laut Maluku,” kata Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/7) dini hari. (DETIK.com/ROS/VEM)