SUMENEP, koranmadura.com – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Madura, Jawa Timur, Abd. Rahman Riadi, mengakui jika pola pendistribusian air bersih Ke daerah-daerah terdampak kekeringan selama ini belum efektif.
Baca: Pola Pendistribusian Air Bersih di Sumenep belum Efektif
Pasalnya, berdasarkan hasil evaluasi pihaknya, selama ini masyarakat penerima bantuan air bersih dari pemerintah masih menggunakan cara-cara tradisional. Misalnya menggunakan jeriken dan semacamnya.
Padahal seandainya setiap desa terdampak kekeringan ada semacam tandon penyimpanan sebagai titik distribusi, maka proses distribusi tidak akan membutuhkan waktu terlalu lama.
Namun diakui Rahman, sejauh ini dari 30 desa yang masuk peta rawan kekeringan di kabupaten paling timur Pulau Madura, baru sebagian kecilnya yang memiliki tandon sebagai titik distribusi.
“Dari 30 desa yang masuk peta rawan kekeringan, mungkin hanya 25 sampai 30 persen yang memiliki tandon,” ungkap mantan Sekretaris Bappeda Sumenep ini.
Oleh karena itu, sambung dia, pada saat rapat koordinasi terkait penanganan bencana kekeringan, pihaknya meminta kepada instansi terkait agar memberikan bantuan tandon ke daerah-daerah terdampak kekeringan.
“Khususnya ke lokasi-lokasi yang memang tidak memiliki potensi air, seperti Desa Montorna dan Prancak, Kecamatan Pasongsongan. Di sana dibor berapa pun sulit menemukan air,” tambahnya. (FATHOL ALIF/ROS/DIK)