SUMENEP, koranmadura.com – Angka putus sekolah dari sekolah menengah pertama (SMP) sederajat, baik negeri maupun swasta, ke SMA sederajat di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, masih cukup tinggi. Bahkan berada di urutan kedua dari atas.
Hal itu disampaikan Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Timur wilayah Sumenep, Sugiono Eksantoso. “Data terakhir berdasarkan hasil koordinasi di provinsi, angka putus sekolah di Jawa Timur mencapai 19 persen. Kebetulan Sumenep berada di posisi kedua dari atas,” katanya, Senin, 23 September 2019.
Dia tidak menyebut secara detil jumlah anak putus sekolah di kabupaten paling timur Pulau Madura saat ini. Yang jelas, sambung dia, angka putus sekolah itu tersebar di semua kecamatan. Paling dominan di wilayah kepulauan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya angka putus sekolah di Sumenep. Pertama ialah faktor ekonomi. Karena menurutnya ternyata masih ada sekolah yang memungut biaya cukup besar.
“Kedua faktor lingkungan. Karena di Sumenep ini masih banyak anak yang baru lulus SMP sederajat sudah dinikahkan. Sehingga ke depan angka pernikahan dini juga perlu ditekan. Minimal harus lulus SMA dulu,” ungkap dia.
Kemudian faktor berikutnya ialah masih banyak anak usia sekolah ternyata sudah bekerja untuk menopang ekonomi orangtua. “Tiga hal itu yang paling dominan menyebabkan tingginya angka putus sekolah,” tegasnya.
Untuk itu pihaknya mengimbau kepada seluruh stake holder agar bersama-sama mencegah supaya ke depan tidak ada lagi anak usia sekolah sudah dinikahkan atau sudah disuruh bekerja. FATHOL ALIF/ROS/VEM