SUMENEP, koranmadura.com – Julukan “daun emas” untuk tembakau Madura kini sudah tinggal cerita. Kalaupun ada istilah untuk menggambarkan tembakau saat ini, mungkin bukan lagi “daun emas”, tapi “daun nestapa”.
Harapan petani untuk mendapat untung dari tembakau tampaknya sudah “jauh paggang dari api”. Hal itu tidak hanya disebabkan harganya yang murah. Tapi juga karena masih banyak tembakau tak terserap oleh gudang.
Terkait hal ini, bukan saja petani yang punya cerita miris. Sebagian tengkulak pun punya cerita tak jauh beda. Bahkan bisa lebih parah karena harus rela tak pulang ke rumahnya berhari-hari demi menunggu tembakau terserap oleh gudang.
Salah seorang tengkulak yang memasok tembakau ke salah satu gudang di Sumenep, Madura, Jawa Timur, Madruka bercerita bahwa dirinya sudah berhari-hari tidak pulang ke rumahnya.
Dia memilih bertahan di gudang PT. Surya Kahuripan Semesta yang berlokasi di Desa Patean, Kecamatan Batuan, menunggu tembakau yang dibawanya terserap oleh gudang. Meski sampai sekarang belum ada kepastian, pihak gudang akan membelinya atau tidak setelah menutup pembelian awal bulan ini.
Selain memang menunggu tembakaunya terbeli, dia tidak pulang ke rumahnya karena sudah ditunggu para petani yang ingin menagih utang kepada dirinya.
Tak tanggung-tanggung, tembakau yang ia bawa dan hingga sekarang belum terbeli oleh gudang sekitar 500 bal. “Kalau berapa tonnya, saya tidak tahu. Karena belum ditimbang,” ujarnya, Kamis, 19 September 2019.
Ditanya sampai kapan dirinya akan tetap bertahan di sana, Madruka mengaku belum tahu. Kemungkinan sampai tembakau yang ia bawa terbeli oleh gudang. “Semoga bisa segera terserap,” harapnya. (FATHOL ALIF/SOE/DIK)