Oleh: MH. Said Abdullah*
Serombongan pelancong dari manca negara tampak bersemangat dan sangat gembira ketika memasuki Museum Keraton Sumenep, beberapa waktu lalu. Pandangan mereka memperlihatkan kekaguman dan keterpesonahan ketika disambut tarian Nyello’ Aeng. Diam-diam terlihat tangan mereka secara reflek bergerak mengikuti hentakan irama pengiring tari.
Tarian khas Sumenep Madura itu, menggambarkan kehidupan para wanita remaja ketika mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka berjalan penuh kegembiraan, bercanda dan melantunkan kidung indah juga khas Sumenep.
Hampir semua pelancong dari manca negara selalu terlihat terpesona menyaksikan berbagai kesenian Madura. Apalagi ketika hentakan gendang menggebrak mengiringi kelincahan para penari. Suasana rancak penuh dinamika seperti menyulusuf ‘mengusik’ kegairahan kesenian para tamu ‘bule’ itu.
Sangat banyak sebenarnya kesenian Madura khususnya tarian yang sangat potensial menarik kekaguman masyarakat manapun, baik domestik maupun manca negara. Ada tarian Muang Sangkal, juga Nyello’ Aeng dari Sumenep. Tari Rampak Jidor, tari Bedoyo Djukenes, tari Tera’ Bulen dari Bangkalan. Tari Topeng Getak, tari Ronding dari Pamekasan lalu tari Sorong ka Sereng dari Sampang. Dan masih banyak lagi tari tradisional Madura lainnya.
Secara keseluruhan ada persambungan tari-tarian dari empat kebupaten di Madura itu. Penyebutan asal kabupaten hanya sekedar menggambarkan kepopulerannya dari masing-masing kabupaten. Namun secara keseluruhan berbagai jenis tarian itu merupakan kekayaan budaya masyarakat Madura lintas empat kabupaten.
Event tradisi khas Madura Kerapan Sapi yang biasanya dilaksanakan pasca panen juga tak lepas dari tarian indah. Tari Kerapan Sape, yang menggambarkan anak-anak muda bersiap-siap menjadi joki kerapan sapi selalu menjadi bagian tak terpisahkan pada setiap ada even Kerapan Sapi.
Masyarakat Madura yang secara budaya selalu digambarkan berdarah panas memang terasa mengherankan ketika ternyata memiliki apresiasi tinggi pada kesenian. Yang mencengangkan masyarakat Madura yang secara salah kaprah diidentikkan dengan Carok –duel hidup mati- ternyata sangat kaya dengan kelembutan kesenian tari. Lenggak lenggok indah para penari sangat lekat dengan masyarakat Madura.
“Yalle’ yalle’ du geleng soko, pajelenna neter kolenang,” sedikit contoh menggambarkan kehalusan dan tingginya apresiasi Madura pada kelembutan dan keindahan langkah kaki seorang perempuan. Kata neter kolenang dalam bahasa Indonesia menggambarkan seorang perempuan cantik berjalan lembut dengan anggun memakai hiasan khas perempuan Madura, gelang kaki.
Deretan panjang berbagai tarian tradisional Madura itu, memang sampai sekarang belum sepenuhnya dipromosikan ke berbagai negara, juga ke pentas nasional. Sejatinya tarian-tarian khas Madura disamping sangat kaya keanekaragaman memiliki daya tarik luar biasa. Hampir semua tarian Madura bernuansa hentakan dinamis dan gerakan indah, yang penuh magnet hingga siapapun yang menyaksikan mudah terseret untuk ikut serta tenggelam ke dalam suasana tarian. Gerakan reflek para pelancong manca negara saat menyaksikan tari Nyello’ Aeng akan selalu dialami mereka yang menyaksikan tarian-tarian tradisional Madura.
Menjadi tugas seluruh masyarakat untuk menggali dan melestarikan keindahan kesenian Madura. Aparat Pemda di empat Kabupaten, masyarakat Madura yang ada di Madura maupun yang berada di luar Madura perlu berinisiatif untuk mengenalkan dan mempromosikan kesenian dan budaya Madura, yang penuh pesona itu. Tak diragukan, kesenian khususnya tari Madura sangat layak untuk menarik wisatawan domestik maupun manca negara.
*Anggota DPR RI dari Madura