SUMENEP, koranmadura.com – Pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur masih jauh dari kata maksimal. Selain itu, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) juga masih minim.
Data Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Sumenep hingga September 2019, dari 334 desa/kelurahan, baru delapan Pokdarwis yang terbentuk. Padahal sektor wisata bisa berkembang pesat apabila didukung oleh masyarakat.
“Saat ini baru delapan pokdarwis yang terbentuk,” kata Kepala Disparbudpora Sumenep, Carto, Kamis, 19 September 2019.
Delapan Pokdarwis kata dia tersebar di daerah kecamatan daratan dan kepulauan. “Ada di Lombang (Kecamatan Batang-batang), Slopeng (Kecamatan Dasuk), Kecamatan/Pulau Masalembu dan di dua Pokdarwis di Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean,” jelasnya.
Pendirian Pokdarwis kata dia harus mengacu pada aturan yang ada. Salah satunya struktur kepengurusan harus warga desa yang ada destinasi wisata.
“Jadi, tidak boleh orang luar desa itu membentuk Pokdarwis. Artinya kepengurusan Pokdarwis itu harus masyarakat yang berdomisili di desa yang bakal dibentuk itu,” ungkapnya.
Sedangkan desa wisata kata dia saat ini hanya ada satu, yakni Desa Aeng Tong Tong, Kecamatan Saronggi.
Desa Aeng Tong Tong merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Saronggi, Sumenep. Desa Aeng Tong Tong termasuk desa yang mempertahankan budaya, salah satunya pembuatan pusaka. Sampai saat ini di desa tersebut terdapat beberapa empu yang masih aktif membuat pusaka. Bahkan hasil kerajinan mereka sudah diekspor sampai ke luar negeri.
Salah satu persyaratan menjadi desa wisata kata Carto, desa harus memiliki keunggulan yang bisa dipertahankan. “Jadi harus ada yang khas dan fokus seperti di Desa Aeng Tong Tong,” tegasnya.
Kendati begitu pihaknya terus mendorong masyarakat untuk terus melakukan terobosan baru di bidang pariwisata ke depan. Selagi bisa membantu, Carto berjanji akan memfasilitasi demi tumbuhnya pariwisata di kabupaten berlambangkan kuda terbang ini.
“Karena adanya pariwisata ini bisa berdampak pada sektor perekonomian masyarakat, dan itu yang kami inginkan,” ucapnya.
Untuk diketahui, Pemerintah Daerah sejak 2018 memprogramkan pembangunan pariwisata melalui program Visit. Terdapat puluhan program wisata yang diluncurkan setiap tahun, namum belum menunjukan perkembangan yang berarti dibidang pariwisata. Bahkan program yang dijadwalkan masih tergolong amburadul karena pelaksanaannya terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah diluncurkan awal tahun. (JUNAIDI/SOE/DIK)