BANGKALAN, koranmadura.com – Salah satu badan usaha milik daerah (BUMD) yang bergerak di usaha air minum (PDAM) di Bangkalan, Madura, Jawa Timur mengalami kerugian Rp 200 juta selama dua tahun.
Kerugian itu disampaikan oleh Direktur PDAM Bangkalan Abd Rasyid melalui Kabag Administrasi, Bambang Heriyanto. Ia mengatakan pada tahun 2016 dan 2017 usahanya sempat rugi sebesar Rp 200 juta. Namun, diakuinya, kerugian itu tak hanya dialami di Bangkalan, tetapi secara nasional.
“Kemungkinan PDAM Bangkalan masuk di 70 persen kerugian tersebut, karena tahun 2016 sampai 2017 kami mengalami kerugian sebesar Rp 200 juta,” kata Bambang, sapaan akrab Bambang Hariyanto, Kamis, 5 September 2019.
Menurutnya, salah satu faktor kerugian disebabkan oleh penjualan air yang menurun. “Perusahaan ini kan tergantung pada jumlah penjualan, jadi jumlah penjualan air di PDAM Bangkalan menurun,” dalihnya.
Selain itu, biaya produksi dengan harga jual tak sebanding. Kata Bambang, harga pokok produksi air meningkat sebesar Rp 4 ribu per liter kubik, sementara harja jual air per liter kubiknya seharga Rp 2500.
“Harga per liter kubik air bersih yang dijual kepada masyarakat Bangkalan Rp 2500, sedangkan biaya produksi sebesar Rp 4 ribu,” tambahnya.
Kenapa pada tahun 2018 PDAM tidak mengalami kerugian? Menurut Bambang karena jadwal penyaluran air dimaksimalkan pada jam tertentu, sehingga tidak menghabiskan jumlah harga pokok produksi yang bergitu besar.
“Jadi dari pukul 03.00 WIB pagi sampai 08.00 WIB, penyaluran air kami maksimalkan, setelah itu dinormalkan lagi, terus pukul 15.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB dimaksimalkan lagi, setelah itu dinormalkan. Alhamdulillah pada tahun 2018 tidak rugi,” katanya menjelaskan.
Pihaknya berharap pada tahun 2019 PDAM Bangkalan tidak nengalami kerugian lagi, sehingga bisa menyumbangkan PAD Bangkalan dengan maksimal.
“Kami harap tahun 2019 ini bisa keluar dari zona 70 persen tersebut, karena itu adalah tekat kita bersama di PDAM Bangkalan ini,” harapnya. (MAHMUD ISMAIL/SOE/DIK)