SAMPANG, koranmadura.com – Sebanyak 30 perantau yang menjadi korban kerusuhan Wamena, Papua, kembali tiba di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis malam, 3 Oktober 2019 sekitar pukul 13.15 WIB.
Pantauan koranmadura.com, mereka tiba di Pendapa Trunojoyo menggunakan bus. Rombongan tersebut berasal dari warga Kecamatan Omben dan Sampang dengan beragam profesi, baik sebagai tukang ojek, sopir dan berdagang.
“Yang pulang tadi malam itu masih sebagian yang di Timika, karena kita ada kerjasama dengan Pak Marjono, ketua Paguyuban Kerukunan Masyarakat Jawa di Papua, maka kita selalu komunikasi. Nanti juga ada yang pulang lagi,” tutur Bupati Sampang Slamet Junaidi, Jumat, 4 Oktober 2019.
Baca: Buntut Kerusuhan di Wamena Papua, Puluhan Warga Sampang Pulang Kampung
Aba Idi, sapaan akrab Slamet Junaidi menambahkan, masih terdapat ratusan perantau yang sudah masuk ke kampung pengungsian. Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan berapa jumlah pasti warganya yang tertahan di Papua.
“Untuk angka konkretnya masih belum, karena di sana (Papua) masih didata. Kemudian juga, warga kami yang ke Papua tidak melalui pemberitahuan ke pemerintah. Makanya saat ini, kami tetap bekerjama agar semua warga Sampang ditampung. Kemudian juga kami terus berkomunikasi soal alat transportasi yang dievakuasi dari Papua ke sini, karena ada yang memakai hercules dan ada pula yang memakai pesawat komersil,” terangnya.
Baca Juga: Cerita Warga Sampang yang Selamat dari Kerusuhan Wamena, Rumah Ludes hingga Alami Penindasan
Aba Idi menceritakan, proses pemulangan 26 warganya dari Timika, Papua pada gelombang ketiga terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama transit ke Madiun dan bagian kedua transit ke Malang.
“Yang transit ke Madiun ada enam orang dan yang transit ke Malang 24 orang. Kemudian kami bawa semuanya ke Sampang. Cuma di perjalanan, empat orang dijemput keluarganya yaitu di Surabaya dan Bangkalan,” jelasnya.
Sekadar diketahui, hampir seratus warga Sampang, yang menjadi korban konflik Wamena, Papua, telah tiba di rumahnya dengan rincian pada gelombang pertama sebanyak 34 orang, gelombang kedua 26 orang dan gelombang ketiga 30 orang. (Muhlis/SOE/DIK)