SAMPANG, koranmadura.com – Sebanyak 34 warga Sampang, Madura, Jawa Timur yang jadi korban kerusuhan Wamena telah pulang dengan selamat. Puluhan warga yang dipulangkan pada gelombang kedua ini kebanyakan berprofesi sebagai pedagang dan tukang ojek.
Bagaimana cerita mereka saat terjadi kerusuhan?
Herman, warga Desa Kanjar, Torjun, menceritakan, semua warga yang bukan asli setempat mengalami penindasan. Bahkan ia mengaku kalau rumah dan tempat dagangannya ludes dibakar.
“Rumah serta harta benda ya ludes. Ya tinggal pakaian yang kami kenakan. Itupun hanya sebagian kecil barang yang terselamatkan,” keluhnya sambil menceritakan sepintas situasi dan kondisi di Papua, Rabu malam, 2 Oktober 2019.
Sementara Bupati Sampang, Slamet Junaidi beryukur karena warga telah tiba dengan selamat. Pihaknya meminta agar para korban konflik Papua bersabar, karena peristiwa tersebut merupakan musibah yang tidak bisa dipungkiri.
“Banyak proses yang harus dilalui mulai evakuasi dari Papua hingga tiba di Sampang. Dan memang musibah ini tidak bisa dipungkiri bagi kita semua, maka harus menjadi pelajaran bagi kita semua terutama bagi warga perantau yang di Papua. Nanti kami minta untuk Dinsos dan bagian Kesra untuk melakukan monitoring bagi saudara-saudara kita yang telah tiba di Sampang,” kata Bupati.
Pihaknya juga meminta kepada para korban konflik Papua agar tidak cemas dan resah. Apalagi trauma. “Lupakan yang sudah terjadi karena memang ini musibah. Salam buat keluarga semua di rumah,” katanya.
Berdasarkan data dari Dinas Sosial, belasan korban konflik Wamena, Papua yang tiba ke Sampang pada gelombang II dengan rincian 5 orang perempuan, laki-laki 12 orang dan 5 diantaranya masih anak-anak. Sedangkan untuk asalnya, 15 orang merupakan warga Desa Taman Sareh, satu orang berasal dari Desa Panggung, Kecamatan Sampang, dan satu warga lainnya dari Desa Kanjar, Kecamatan Torjun. (Muhlis/SOE/DIK)