KORANMADURA.com – Seorang siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerah Mapanget, Manado, Sulawesi Utara, meninggal dunia usai dihukum lari keliling lapangan karena terlambat masuk sekolah. Sang guru yang memberi hukuman dilaporkan polisi kondisinya dirawat di rumah sakit karena syok.
“Kita sudah periksa saksi-saksi, ada enam orang. Untuk guru yang menyuruh lari, itu belum bisa kita periksa karena sampai saat ini masih di rumah sakit, kemarin tensinya sampai 230/130 itu. Kita tunggu sampai yang bersangkutan dalam kondisi yang normal, baru kita ambil keterangannya,” jelas Kapolresta Manado Kombes Benny Bawensel.
Terkait hal tersebut spesialis jantung dan pembuluh darah dr Vito A. Damay, SpJP(K), dari Siloam Hospitals Lippo Village menjelaskan bahwa stres memang bisa memperparah kondisi hipertensi. Hal ini berkaitan dengan produksi hormon stres yang meningkatkan aktivitas jantung.
“Stres membuat adrenalin dan hormon stres lainnya meningkat dan ini merupakan proses yang wajar dalam menghadapi stres. Hal ini membuat aktivitas listrik jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah konstriksi. Dua hal yang secara langsung meningkatkan tekanan darah,” papar dr Vito pada detikcom, Kamis (3/10/2019).
Menurut dr Vito bila proses tersebut terjadi berkepanjangan dampaknya dapat membuat pembuluh darah kaku hingga akhirnya rusak jadi masalah seperti contoh penyakit jantung.
“Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama terus menerus dan tidak diatasi jadi salah satu faktor terjadinya kerusakan pembuluh darah sehingga bisa jadi penyakit jantung koroner dan ujungnya serangan jantung. Mekanisme yang mirip terjadi pada pembuluh darah otak dan dapat menyebabkan stroke,” pungkas dr Vito. (DETIK.com/ROS/VEM)