SAMPANG, koranmadura.com – Pengambilan sumpah jabatan di tanah sakral area Makam Rato Ebuh, yang berada di Kampung Madegan, Kelurahan Polagan, Kecamatan Sampang, tampaknya menjadi penilaian tersendiri bagi para pejabat eselon II yang baru dilantik.
Baca: 11 Pejabat Eselon II di Sampang Dilantik di Makam Rato Ebuh
Salah satunya terlontar dari Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sampang, Yuliadi Setiawan. Dirinya mengaku menemukan hal yang berbeda dari tempat pelantikan yang dijalani sebelumnya.
“Di sini tanah sakral, jadi dengan dilantiknya di tanah sakral, maka pejabat yang memegang amanah besar, diharapkan kesadaran yang tinggi dapat terbuka dan terbangun untuk mengemban dan menanggung sumpah itu dalam menjalankan tugasnya, terlebih saya pribadi,” akunya.
Tidak hanya itu, Yuliadi mengaku muncul perasaan berbeda yang dirasakannya di kala proses pengambilan sumpah jabatan. Bahkan dirinya mengaku perasaan suara hatinya muncul dengan sebuah perkataan “ini tanah pesumpahan, jadi harus berhati-hati”.
“Kalau kulit merasa merinding dan tegang itu tidak, cuma sangat berbeda sekali dengan pelantikan ketika dilakukan di Pendapa. Karena pelantikan di Tanah Sakral seperti ini, baru pertama kali bagi saya,” paparnya.
Pj Sekda ini juga mengaku, dahulunya, tanah Sakral Madegan merupakan tempat situs Kerajaan Sampang, di mana Sejarah Sampang terlahir di tanah Madegan tersebut.
“Kalau dulu itu kerjaan, maka kalau sekarang sama halnya dengan pemerintahan,” paparnya.
Sekadar diketahui, Rato Ebuh merupakan istri dari Pangeran Tengah. Rato Ebuh juga merupakan ibu kandung Raden Praseno.
Pada tahun 1624 masehi lalu, Raden Praseno diangkat oleh Sultan Agung untuk menjadi Raja Mataram pertama yang berkuasa di wilayah Madura Barat dengan gelar Cakraningrat I yang memerintah pada 1624-1648 M. (MUHLIS/ROS/DIK)