SUMENEP, koranmadura.com – Setelah lama mangkrak, akhirnya PT Sumekar akan melelang “bangkai” kapal motor Darma Bhakti Sumekar (DBS) II. Saat ini, perusahaan milik daerah (BUMD) Kabupaten Sumenep itu telah mendatangkan tim penafsir harga (appraisal).
“Masih dalam tahap appraisal,” kata Zainal Abidin, Direktur Operasional PT Sumekar, Sabtu, 26 Oktober 2019.
Sesuai aturan kata dia, sebelum dilelang terlebih dahulu PT Sumekar menentukan harga barang tersebut. Penentuan harga dilakukan oleh lembaga yang berkompeten dibidang appraisal.
Saat ini tim dari lembaga tersebut tengah melakukan penelitian. Diperkirakan November mendatang selesai, sehingga taksiran harga barang ‘rongsokan’ itu diketahui. “Bulan depan (appraisal) selesai,” jelasnya tanpa menyebutkan nama lembaga dengan alasan lupa.
Setelah diketahui taksiran harga, sambung Zainal nantinya akan dibawa pada rapat terbatas melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Apabila harga yang direkomendasikan oleh lembaga itu disetujui oleh pemegang saham, baru akan diproses lelang. “Itu nanti sesuai pemegang saham,” tegasnya.
Untuk diketahui, kapal tersebut awalnya dibeli oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep sebagai alat transportasi untuk menuju daerah kepulauan. Saat ini Sumenep memiliki tiga kapal, namun sejak beberapa tahun lalu satu kapal dinyatakan tidak layak beroperasi. Sehingga terpaksa di “parkir” di pelabuhan kalianget.
Kondisi kapal sangat memprihatinkan, selain karatan juga banyak besi yang patah akibat kurangnya perawatan. Bahkan jika di docking memerlukan biaya yang cukup mahal, bahkan hampir menyamai pembelian kapal yang baru.
Meski tidak terawat, namun “bangkai” kapal itu membebani kepada Pemerintah Daerah. Setiap tahun jutaan rupiah harus dikeluarkan hanya demi besi tua yang tak bisa memberikan manfaat tersebut. Pembiayaan itu untuk sewa tempat parkir, karena kapal itu diparkir di pelabuhan yang dikelola oleh pihak lain. Sewa parkir setiap tahun selalu baik. Bahkan tahun 2019 biaya sewa parkir kapal mencapai Rp23 juta.
Demi efisiensi anggaran, sejak beberapa bulan terkahir posisi kapal dipindah ke selatan dari tempat semula. Namun, tetap berada di kawasan Pelabuhan Kalianget.
“Sewa tempat itu setiap tahun naik, tahun ini berkisar diangka Rp23 juta. Makanya dipindah,” jelas Zainal beberapa waktu lalu. (JUNAIDI/SOE/VEM)