SUMENEP, koranmadura.com – Buruknya komunikasi publik Indra Wahyudi, wakil ketua DPRD Sumenep dari Partai Demokrat dinilai telah mencederai dirinya sendiri sebagai publik figur. Menurut salah satu pengamat politik Sumenep, Ajimuddin, seharusnya bisa berkomunikasi dengan baik dan santun.
“Komunikasi adalah akar dari pola relasa, budaya dan karakter seseorang. Ketika bahasa yang keluar adalah caci-maki maka itu menunjukkan budaya seseorang tersebut juga kacau,” kata Ajimuddin, pengamat politik Sumenep pada media, Jum’at, 11 Oktober 2019.
Perilaku komunimasi yang tidak produktif semacam itu, akan melahirkan tindakan anarkis dari masyarakat. Caci maki yang keluar dari seorang publik figur, apalagi wakil rakyat akan melahirkan perlawanan kuat dari masyarakat.
“Dia justru mengajak manyarakat semakin dekat dengan anarkisme,” paparnya.
Mantan Aktivis PMII Jogja ini menambahkan, bila dalam satu periode kepemimpinannya, Indra tak mampu mengubah perilaku yang tak santun itu, bukan saja rakyat yang akan dirugikan, hal itu akan berdampak pada partai politik yang menunjuknya sebagai pimpinan.
“Dampaknya, kalau tidak rakyat parpol pengusungnya yang citranya akan buruk di mata publik,” tandasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPRD Sumenep, Indra Wahyudi mengatakan, tidak mempersoalkan penilaian layak atau tidak layak menduduki posisi sebagai pimpinan DPRD Sumenep.
“Bagi yang beranggapan tidak layak, itu kan pendapat subjektif. Saya politisi bisa dinilai seperti itu, yang namanya kita sebagai politisi, silahkan. Masyarakat berhak menilai,” kilahnya.
Indra Wahyudi beberapa waktu lalu menulis status di media sosial facebook yang menyebut media “ecek2”. Berikut redaksinya. “Cara kerja anda yg baik sbg politisi akan terukur dan berbanding lurus dg hasil perolehan suara anda pada setiap perhelatan dan momentum politik : Pileg, Pilkades maupun Pilbup. Media “ecek2″ yg cenderung mendiskreditkan anda dalam setiap pemberitaannya tak akan mengalahkan popularitas anda di mata masyarakat,” demikian tulisan di status FB Indra Wahyudi. (JUNAIDI/SOE/VEM)