SUMENEP, koranmadura.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep, Madura, Jawa Timur, mencatat pada bulan September 2019, Kabupaten Sumenep mengalami deflasi sebesar 0,13 Persen.
Deflasi Sumenep bulan lalu lebih tinggi dari deflasi Jawa Timur (0,07 persen) dan lebih rendah dari deflasi Nasional (0,27 persen).
Kepala BPS Sumenep, Syaiful Rahman menguraikan, dari tujuh kelompok pengeluaran, hanya kelompok makanan yang memicu terjadinya deflasi. Sementara lima kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok lainnya relatif stabil.
Menurutnya, September lalu kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,18 persen. Komoditas utama yang memberikan andil terbesar terhadap deflasi adalah cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras.
Adapun kelompok sandang mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,34 persen, diikuti oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,75 persen, kelompok kesehatan 0,18 persen.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,03 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,01 persen. Komoditas utama yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi pada September 2019 adalah emas perhiasan, bayam dan cumi-cumi.
“Sementara untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan September lalu relatif stabil,” ujar pria yang akrab disapa Syaiful ini, Rabu, 2 Oktober 2019.
“Tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2019 terhadap September 2018) Sumenep mencapai 2,00 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan Jawa Timur sebesar 2,45 persen serta Nasional sebesar 3,39 persen,” tambahnya. (FATHOL ALIF/SOE/VEM)