SUMENEP, koranmadura.com – Dampak pembalakan bagi kehidupan manusia sangat besar. Selain menjadikan hutan atau lahan gersang, juga bisa menyebabkan timbulnya bencana alam, seperti banjir dan kemarau panjang.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur setidaknya terdapat 10 kecamatan yang masuk zona kekeringan, baik kekeringan langka maupun kering kritis. Sebagai langkah awal, Pemerintah Daerah melakukan suplai air bersih.
“Sebenarnya suplai air itu hanya bisa memberikan solusi atasi kekurangan air jangka pendek saat musim kemarau tiba,” kata Hairul Anwar, Sabtu, 12 Oktober 2019.
Upaya untuk mengatasi kekurangan air dikala musim kemarau panjang kata dia bisa dilakukan dengan cara reboisasi atau penghijauan.
Sebab kata pengusaha muda sukses itu penghijauan dan mengurangi konversi lahan di daerah hulu. Hal ini akan mengurangi aliran permukaan dan penguapan sehingga air tanah akan tersedia lebih lama. Karena tanaman yang ditanam pada lahan-lahan kosong dapat menjaga dan mengikat butiran tanah saat terjadi hujan. Tanaman yang rapat juga bisa meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Sehingga saat musim kemarau tanah tidak cepat kering.
“Jadi, tidak cukup jika hanya suplai air, juga harus dibarengi dengan gerakan lain, seperti penghijauan, untuk jangka panjang,” jelasnya.
Selain itu juga musim penghujan bermanfaat untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal seperti, kebersihan udara, pelindung terik matahari dan kehidupan satwa.
“Selain itu juga bisa berdampak kepada perkembangan ekonomi, semisal ada penanaman pohon durian, pohon mangga dan yang lain seperti tanaman holtikultura. Nanti jika berbuah kan juga bisa dijual,” selorohnya penuh guyon tapi serius.
Selama ini kata Hairul, tidak tampak program pemerintah, khususnya di Kabupaten Sumenep yang mengarah pada penghijauan. Sehingga banyak daerah yang tandus saat musim kemarau tiba, seperti di wilayah pantai utara (Pantura).
Bahkan kata dia, keberadaan hutan kota saat ini sangat minim perawatan. Banyak tanaman yang pernah ditanam beberpa tahun lalu mati.
“Tapi sebelum memprogramkan penghijauan tentu harus melalui kajian yang mendalam, lakukan penelitian, sehingga tanaman yang ditanam nanti cocok dengan struktur tanah yang ada,” jelasnya.
Namun, Hairul juga mendorong upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah saat ini, seperti pembangunan embung air, saluran irigasi, pengeboran untuk mencari sumber mata air dan pembangunan lain guna memenuhi kekurangan air saat musim kemarau.
“Tapi jangan lupa perawatan juga penting, jangan sampai setelah dibangun dibiarkan, pada akhirnya rusak sebelum meberikan manfaat bagi masyarakat,” sarannya. (JUNAIDI/SOE/VEM)