PAMEKASAN, koranmadura.com- Ruang kelas II SDN Palesanggar V Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, masih dibiarkan terbengkalai pasca ambruk pada Juni lalu. Genting bekas ditumpuk di luar ruangan.
Sementara di bagian dalam, kayu kuda-kuda yang patah, dibiarkan menggantung. Begitu pula dengan kayu plafon ruangan berukuran 7 x 8 meter berserak bersama pecahan asbes.
Ada rekahan di tembok dinding bagian utara ruangan yang berada di deretan bangunan yang satu deret dengan ruang kelas I, kelas III dan ruang kantor tersebut.
Berdasar catatan di sekolah dengan 71 orang siswa tersebut, bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai ruang kelas II itu ambruk pada 23 Juni lalu, atau saat libur panjang akhir tahun pelajaran.
Pihak sekolah memperkirakan, ambruknya ruangan yang ditempati 13 orang siswa tersebut disebabkan pergerakan tanah. Itu ditandai dengan terjadinya rekahan di dinding di seluruh ruangan yang semuanya ada di bagian utara.
“Tanah di bagian belakang sekolah ini turun. Karenanya, bagian utara bagunan sekolah ini temboknya pecah dan miring,” kata Kepala SDN Palesanggar 5, Mohammad Kasim, Senin, 4 November 2019.
Akibat ambruknya ruang kelas II, siswa di kelas tersebut digabung dengan kelas I dengan cara menggunakan pembatas dari papan.
SDN Palesanggar 5 berada di Dusun Aeng Rasa Laok, Desa Palesanggar. Gedung sekolah itu terdiri dari dua bagian bangunan terpusah. Satu bagian berada di sebelah barat menghadap ke timur dan digunakan untuk kelas IV hingga VI. Satu bagian lagi berada di sebelah utara menghadap ke selatan, digunakan untuk kelas I hingga kelas III serta kantor sekolah.
Selain ruangan yang ambruk, bila di lihat dari belakang bangunan, bagian atap terlihat sudah melengkung. Itu sebabnya pihak sekolah merasa kawatir sisa bangunan akan segera ambruk.
Saat ini, jelas Kasim, kegiatan belajar di sekolah itu tidak maksimal karena dikawatirkan terjadi ambruk susulan. Siswa dipulangkan lebih awal setiap ada angin kencang atau ada tanda akan turun hujan.
“Kami mempertimbangkan keselamatan siswa. Setiap ada angin kencang, mereka kami pulangkan lebih awal dari jadwal biasanya,” katanya.
Menurut catatan pihak sekolah, bagian bangunan sebelah utara tersebut baru diperbaiki pada 2012 lalu. Hanya saja, perbaikannya tidak menyeluruh dan hanya pada bagian atap serta lantai.
“Sebelumnya, atap bangunan ini menggunakan asbes gelombang dan ruangan terlalu rendah. Saat itu dipertinggi dan atapnya diganti menggunakan genting,” jelas Kasim.
Pihak sekolah berharap, bangunan itu diperbaiki secara total. Sebab, jika hanya dilakukan perbaikan di bagian atap, hasil perbaikan itu akan berlangsung lama, karena bagian pondasi tidak kuat menahan pergerakan tanah.
“Kami menilai, harus dibangun ulang dengan memperkuat bagian pondasi dan dinding,” kata Kasim.
Kepala Dinas Pendidikan setempat, Prama Jaya, mengatakan meskipun bangunan yang ambruk hanya satu kelas, namun seluruh bangunan yang menjadi satu rangkaian dengan kelas yang ambruk akan dibongkar.
“Dari hasil kajian di lapangan, kami harus membongkar bangunan yang satu rangkaian dengan kelas yang rusak itu,” katanya, Senin, 4 November 2019.
Prama menjelaskan, renovasi bangunan SDN Palesanggar V itu sudah memasuki tahap perencanaan dan proses pembongkaran serta pembangunan akan dimulai tahun depan.
Menurutnya, anggaran yang digunakan untuk renivasi tersebut adalah anggaran di Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR). Hanya saja, jumlah anggarannya masih belum diketahui karena proses perencanaan sedang berlangsung.
“Saat ini masih proses penyusunan rencana bangunannya. Jadi nilai anggaran belum diketahui. Pastinya, dana akan menggunakan anggaran di PUPR,” jelas Prama. (G. Mujtaba/SOE/VEM)