KORANMADURA.com – Aula SMKN 1 Miri, Sragen yang roboh saat hujan deras dan angin kencang menimpa 22 siswa pada Rabu (20/11). Hingga saat ini masih ada lima siswa yang dirawat di rumah sakit.
“Barusan saya mendapatkan laporan. Para siswa terus membaik. Bahkan dari lima yang masih dirawat, empat di antaranya sudah ada rujukan dari rumah sakit untuk diperbolehkan pulang,” kata Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Wilayah VI, Eris Yunianto saat dihubungi detikcom, Selasa (26/11/2019).
Kelima siswa tersebut dirawat di beberapa rumah sakit yang berbeda. Dua siswa dirawat di RSUD Sragen, dua siswa di RS Karima Utama Kartasura, dan seorang siswa menjalani perawatan di RSUD dr Moewardi Solo.
Namun, lanjut Eris, para siswa yang masih dirawat di rumah sakit tersebut terpaksa tidak bisa mengikuti ujian Penilaian Akhir Semester (PAS). Sebab kondisi para siswa tidak memungkinkan untuk mengikuti ujian yang digelar Senin (25/11) hingga Kamis (28/11) tersebut.
“Itu nanti kewenangan pihak sekolah. Saya kira masih bisa ikut ujian susulan. Namanya juga musibah pasti akan ada kebijakan tersendiri. Yang penting saat ini kita fokus memastikan kesembuhan para siswa,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan biaya pengobatan korban robohnya aula sekolah itu akan ditanggung pemerintah.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah juga telah mengirim tim untuk melakukan identifikasi ambruknya aula SMK Negeri 1 Miri, Sragen.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Jumeri mengatakan hasil identifikasi dari tim akan didiskusikan sebagai dasar untuk mengambil langkah lebih lanjut.
“Ini kan bangunan dibangun komite sekolah, kami akan lihat kemungkinannya nanti. Ini tim kami dari provinsi sedang meluncur untuk memastikan,” ujar Jumeri di sela meninjau lokasi kejadian, Kamis (21/11).
“Saya lihat lokasi ini kalau dibangun lagi sebagai (lokasi) aula, tidak tepat. Harus dibangun (di lokasi) yang lebih aman dari sebelumnya,” lanjutnya.
(detik.com/ROS/VEM)