KORANMADURA.com – Para ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil memetakan Titan yang tak lain adalah bulan terbesar kepunyaan Saturnus. Keberadaan peta geologis tersebut nantinya berpotensi untuk mengungkapkan misteri yang ada di sana.
Seperti yang diwartakan Space, Kamis (21/11/2019) peta geologis Titan ini memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana berbagai wilayah bulan berinteraksi satu sama lain.
Titan sendiri dianggap paling baik untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana Bumi terlihat di awal-awal. Satelit alami ini objek di luar Bumi yang terbukti memiliki cairan di permukaannya.
“Terlepas dari berbagai bahan, temperatur, dan medan gravitasi antara Bumi dan Titan, banyak fitur permukaan yang serupa antara kedua objek ini dan dapat ditafsirkan sebagai produk dari proses geologis yang sama,” jelas peneliti utama Rosaly Lopes, ahli geologi planet di Jet Propulsion NASA.
Sejauh ini, cairan yang terdapat di Titan bukanlah air. Melainkan hidrokarbon, seperti metana dan etana. Itu karena kondisi di Titan sangat dingin sehingga molekul-molekul ini mengalir sebagai cairan, bukannya berakhir gas seperti yang terjadi di Bumi.
“Peta ini menunjukkan bahwa medan geologis yang berbeda memiliki distribusi yang jelas dengan garis lintang, secara global, dan bahwa beberapa medan mencakup wilayah yang lebih luas daripada yang lain,” tutur Lopes.
Lopes bersama timnya berhasil memetakan Titan dengan memanfaatkan data dari wahana antariksa Cassini. Diketahui, wahana NASA tersebut telah mengorbit Saturnus selama 13 tahun lamanya.
Selain itu, peta geologis Titan ini juga mengandalkan keahlian geolog David Williams dari Arizona State University, di mana dia sebelumnya bekerja terkait gambar radar Venus dari misi Magellan NASA dan mengembangkan peta geologi Titan dalam skala kecil.
Adapun hasil penelitian ilmuwan Jet Propulsion NASA ini juga diterbitkan ke dalam jurnal Nature Astronomy pada 18 November kemarin. (detik.com/ROS/VEM)