SUMENEP, koranmadura.com – Diakui atau tidak, Bahasa Madura mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Madura itu sendiri. Bahkan sudah banyak anak tidak paham istilah tertentu dalam Bahasa Madura.
Hal tersebut seperti disampaikan Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, usai menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Jadi ke-750 Kabupaten Sumenep berbahasa Madura di depan Masjid Agung kemarin, 31 Oktober 2019.
“Banyak anak-anak kita yang sudah tidak tahu apa itu ballulekor dan saghame’ (penyebutan untuk angka 28 dan 25 dalam bahasa Madura). Bisa dibayangkan, ballulekor saja tidak tahu,” katanya.
Menurut orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep ini, hal tersebut menunjukkan bahwa anak-anak muda, khususnya di kabupaten paling timur Pulau Madura, perlu diperkenalkan lebih dekat lagi dengan Bahasa Madura. Agar Bahasa Madura tidak sampai terelimenasi oleh arus globalisasi.
“Kita punya bahasa daerah yang harus dipertahankan bersama. Jangan sampai arus globalisasi mengelimenasi Bahasa Madura,” tambah mantan Ketua DPRD Sumenep dua periode itu.
Salah satu upaya yang telah dan terus dilakukan Pemkab Sumenep dalam rangka mempertahankan eksistensi Bahasa Madura dengan mewajibkan anak-anak didik berbahasa Madura tiap hari tertentu di sekolah.
“Selain itu peran orangtua yang paling inten bersama anak-anaknya juga harus lebih maksimal dalam mengingatkan serta terus mengajarkan berbahasa Madura dengan baik kepada anak-anak mereka,” tegasnya. (FATHOL ALIF/SOE/DIK)