SAMPANG, koranmadura.com – Penggunaan stand di acara pasar rakyat “Sapolo Are” dalam rangka Hari Jadi ke-396 Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, menuai sorotan. Pasalnya stand tersebut tak gratis. Pengguna stand dikenakan tarif Rp 2 juta.
Pasar rakyat “Sapolo Are” dikelola oleh pihak ketiga melalui jasa Even Organizer (EO) yang berasal dari luar Kabupaten Sampang. Pasar rakyat tersebut akan berlangsung selama 10 hari, sejak 4 sampai 13 November 2019 di lapangan Wijaya Kusuma.
Di sana terdapat sebanyak 200 stand. Penggunanya adalah organisasi perangkat daerah (OPD) dan pihak swasta. Tiap pengguna harus sewa kepada pengelola atau pihak ketiga, yakni Rp 2 juta per stand.
“Satu stand itu ukuran 3×3 meter dengan sewa sebesar Rp 2 juta melalui Disporabudpar dan akan disampaikan pada pihak EO. Untuk anggaran sewa, kami menggunakan anggaran pameran yang ada di kecamatan,” tutur salah satu pengguna stand di jejeran stand Kecamatan, Rabu, November 2019, yang enggan disebut namanya.
Menyikapi hal tersebut, Plt. Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Sampang, Imam Sanusi menegaskan jika yang mengelola stand-stand itu bukan dari instansi yang ia nakhodai, melainkan pihak ketiga atau EO.
Namun dia tak menampik bahwa stand itu disewakan. Menurutnya untuk stand berwarna putih disewakan sebesar Rp 2 juta dengan fasilitas tenda, karpet, lampu, meja dan kursi.
Sedangkan untuk stand warna hijau disediakan gratis namun hanya untuk fasilitas standnya. Jika pengguna menginginkan fasilitas tambahan, maka dikenakan biaya berdasarkan kebutuhan yang dipakai.
“Stand yang dipakai OPD itu yang sewa 2 juta. Sebenarnya kami tidak terlalu masuk, karena yang mengelolanya adalah EO MDR Production. Kalau yang PKL mungkin berdasarkan luasan lahan yang dipakainya,” tuturnya.
Sementara itu, salah seorang anggota Komisi IV DPRD Sampang, Moh Iqbal Fathoni menyayangkan karena kegiatan tersebut memakai jasa EO dari luar Sampang. Sebab, menurutnya, warga sampang sendiri dinilainya masih mampu melaksanakannya.
“Jika benar EO pelaksana merupakan orang luar Kabupaten Sampang, maka pertanyaannya apa tidak ada EO di Sampang yang mampu untuk itu? Saya yakin banyak teman-teman asli Sampang yang cukup mampu melakukan kegiatan tersebut,” tegasnya. (muhlis/fat/vem)